Selasa, 25 Oktober 2016

Analisis Puisi W.S Rendra- Ku Panggil Namamu


Kupanggil Namamu

sambil menyeberangi sepi
kupanggil namamu wanitaku
apakah kau tak mendengarku

malam yang berkeluh kesah
memeluk jiwaku yang payah
yang resah
karena memberontak terhadap rumah
memberontak adat yang latah
dan akhirnya terkoda cakrawala

sia-sia kucari pancaran sinar matamu
ingin ku ingat bau tubuhmu
yang kini sudah ku lupa
sia-sia
tak ada yang bisa kujangkau
sempurnalah kesepianku

angin pemberontakan
menyerang langit dan bumi
dan dua belas ekor srigala
muncul dari masa silam
merobek hatiku yang celaka

berulang kali kupanggil namamu
dimana engkau wanitaku
apakah engkau menjadi maa silamku
kupanggil namamu
kupanggil namamu
karena engkau rumah di lembah
dan Tuhan?
Tuhan adalah seniman tak terduga
yang selalu sebagai sedia kala
hanya memperdulikan hal yang besar saja

seribu jari dari masa silam
menuding kepadaku
tidak
aku tak bisa kembali
sambil terus memeanggil namamu
amarah pemberontakan yang suci
bangkit dengan perkasa malam ini
dan menghamburkan diri kecakrawala
yang sebagai gadis telanjang
membukakan diri padaku
penuh dan perawan

keheningan sesudah itu
sebegai telaga yang beku dan akupun beku ditepinya
wajahku lihatlah wajahku
terkaca dikeheningan
berdarah dan luka-luka'
dicakar masa silamku
A.    Struktur lahir
1.      Tipografi
Perwajahan puisi berupa baris-baris yang tidak memenuhi permukaan kertas. Penyusunan baris teratur, berawal dari batas kiri yang rata tanpa ada bait atau baris yang menjotok ke dalam.
2.      Citraan
a.       Citraan gerakan
sambil menyeberangi sepi, memeluk jiwaku yang payah,
sia-sia kucari pancaran sinar matamu, tak ada yang bisa kujangkau
menyerang langit dan bumi, bangkit dengan perkasa malam ini,
dan menghamburkan diri kecakrawala,  dicakar masa silamku
kata-kata menyebrangi, memeluk, kucari,kujangkau,menyerang,bangkit, dan menghamburkan merupakan kata yang jika bayangkan menimbulkan suatu yang bergerak.
b.      Citraan penglihatan
sia-sia kucari pancaran sinar matamu,muncul dari masa silam,
amarah pemberontakan yang suci, yang sebagai gadis telanjang
wajahku lihatlah wajahku
c.       Citraan pendengaran
kupanggil namamu wanitaku
d.      Citraan perabaan
merobek hatiku yang celaka
e.       Citraan penciuman
ingin ku ingat bau tubuhmu
3.      Enjabemen (pemenggalan)
Pemenggalan bait sudah sesuai, karena setiap satu bait telah membuahkan satu makna namun tetap berkesinambungan dengan bait-bait lainnya.
4.      Diksi
sambil menyeberangi sepi
kupanggil namamu wanitaku
...
dicakar masa silamku
Diksi puisi  Ws. Rendra “ Kupanggi  Namamu” sudah menggunakan diksi yang sesuai, misal pada baris pertama pada kata  “Menyebrangi” lebih mampu mendukung curahan isi hati penulis dibandingkan jika memakai kata “Melewati/merasakan”. Lalu pada baris terakhir  pada kata “ Dicakar” lebih mendukung dibanding dengan  kata “Dihampiri”.
5.      Kata Kongkret
sambil menyeberangi sepi
memeluk jiwaku yang payah
yang resah
ingin ku ingat bau tubuhmu
sempurnalah kesepianku
Kata kongkret merupakan kata –kata yang dapat ditangkap oleh indra manusia (menimulkan imaji) sehingga para penikmat sastra akan mengganggap bahwa mereka benar-benar melihat, mendengar, merasakan dan mengalami segala sesuatu yang dialami penyair, misal pada baris sempurnalah kesunyianku.Kata sempurna mengonkretkan sesuatu yang benar-benar utuh, komplit, dan lengkap segalanya, sehingga dapat menggambarkan bahwa yang dirasakan  si aku adalah benar-benar kesunyian yang utuh/lengkap.
6.      Majas
a.       Metafora
Pemakaian kata atau kelompok kata bukan arti sebenarnya.
sambil menyeberangi sepi, malam yang berkeluh kesah, dan menghamburkan diri kecakrawala
b.      Personifikasi
Membandingkan benda-benda tak bernyawa seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia., angin pemberontak, seribu jari dari masa silam
menuding kepadaku
c.       Hiperbola
wajahku lihatlah wajahku
terkaca dikeheningan
berdarah dan luka-luka'
dicakar masa silamku


B.     Struktur batin
1.      Tema
Tema puisi Kupanggil Namamu adalah ungkapan kerinduan mendalam seseorang kepada sang kekasih. Akan tetapi sang kekasih telah bersama orang lain dan itu membuat si Aku menjadi sangat terluka dan mengingatkan nya kembali pada masa silam.
2.      Rasa
Sang penyair menyikapi kerinduan nya dengan penuh rasa sakit dan menusuk perasaan.
3.      Nada
Sikap penyair tehadap si pembaca adalah acuh tak acuh, penyair hanya menceritakan atau menulis puisi ini seolah-olah utuk kekasihnya, tamba menggurui, menasehati ataupun memarahi pembaca.
4.      Suasana
Suasana yang dirimbulkan dari puisi ini adalah rasa iba dan kasihan kepada si aku.