Minggu, 26 Maret 2017

Kohesi dan Koherensi



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1            Latar Belakang
Betapa banyak manusia berinteraksi dalam bermasyarakat. Kadang-kadang mereka berupaya untuk memilih pilihan kata yang yang mudah dipahami dan sesuai kebiasaan  lawan bicara.  Tentu saja, itu bukan berarti salah dan tidak tepat melainkan ada kemungkinan terjadi kekeliruan yang menyebabkan tidak ada keterkaiatan antara satu bagian dengan bagian yang lainnya.
Adapun bahasa dapat digunakan apabila saling memahami atau saling mengerti erat hubungannya dengan penggunaan sumber bahasa yang kita miliki. Kita dapat memahami maksud dan tujuan orang lain berbahasa/berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan. Untuk itu keseragaman berbahasa sangatlah penting, supaya komunikasi berjalan lancar.
Sementara itu, ketika seseorang berinteraksi maka bahasa menjadi media atau instrument yang digunakan. Berbahasa artinya menyampaikan gagasan kepada orang lain. Gagasan tersebut diwujudkan dalam bentuk kalimat. Sehingga, keterkaitan antara kalimat yang satu dengan kalimat lainnya, atau pun paragraph satu dengan paragraf yang lain sangat penting. Akan tetapi dalam penyusan kalimat ataupun paragraph terkadang hal tersebut tidak terlalu diperhatikan. Sehingga dalam penyusunan makalah kali ini penulis akan memaparkan tentang kohesi dan koherensi dalam bahasa Indonesia.

1.2            Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan kohesi dan koherensi?
2.      Apa penanda untuk mencapai kohesif dan koherensi?
1
1.3            Tujuan dan Manfaat
1.      Untuk membahas dan mengetahui apa yang dimaksud dengan kohesi dan koherensi.
2.      Untuk membahas dan mengetahui apa penanda untuk mencapai kohesif dan koherensi.


BAB 2
PEMBAHASAN

2.1                        Pengertian Kohesi dan Koherensi
         Kohesi adalah hubungan antarbagian dalam teks yang ditandai penggunaan unsur bahasa. Konsep kohesi pada dasarnya mengacu kepada hubungan bentuk, artinya unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki keterkaitan secara padu dan utuh (Mulyana, 2005: 26). Sedangkan koherensi adalah keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya, sehingga kalimat memiliki kesatuan makna yang utuh (Brown dan Yule dalam Mulyana, 2005: 30).
Kohesi dan koherensi merupakan syarat utama kewacanaan atau tekstualitas, Keduanya merupakan konsep kepaduan. Pengertian Kohesi adalah Keterpaduan Bentuk sedangkan koherensi adalah Kepaduan Makna. Teks atau wacana yang kohesif berarti setiap unsur lahirnya terpadu secara internal dalam satuan teks tersebut. Tegasnya, setiap komponen teks lahir, misalnya kata aktual yang didengar atau dibaca, saling terhubung dalam rangkaian. Unsur-unsur komponen lahirnya harus saling tergantung. Jadi, kehadiran yang satu serasi dengan kehadiran yang lain baik bentuk maupun distribusinya. Contoh lain dari unsur teks lahir adalah wujud tata bahasanya atau unsur-unsur konvensi lain.
Sumber: Nida Dandi. 2013. Kohesi dan Koherensi  
http://dandelionidha.blogspot.co.id/2013/03/kohesi-dan-koherensi_1709.html. Diunduh Jumat, 17 Maret 2017
Semua unsur lahir dalam penggalan teks tersebut terpadu, baik secara leksikal maupun gramatikal. Sementara itu, keberpaduan atau koherensi mengharuskan unsur-unsur batinnya (makna, konsep, dan pengetahuan) saling berpadu. Misalnya, ujar “apa kabar” biasanya digunakan oleh orang yang sudah saling kenal dan relative (hubungan kerabat) sudah agak lama tidak saling jumpa. Pembicara pertama mengujarkannya kepada yang kedua dan yang kedua menyambut dengan akrab dan mengisyaratkan pemahaman bahwa mereka sudah lama tidak saling jumpa. Apa lagi, pengujar tersebut melanjutkan dengan ujaran berikutnya, yang memperkuat tafsiran bahwa dia merasa sudah lama tidak jumpa dengan pengujar pertama.
Sumber:
Karmila. 2012. Kohesi dan koherensi.
http://ridwankreatif.blogspot.co.id/2012/10/kohesi-dan-koherensi.html. Diunduh Jumat, 17 Maret 2017.
2.2                        Penanda untuk mencapai kohesif dan koherensi
Menurut Halliday dan Hassan (1976)
2.2.1  Piranti Kohesi Gramatikal
Pada umumnya, dalam bahasa Indonesia ragam tulis, digunakan piranti kohesi gramatikal seperti berikut.
a.       Referensi
Referensi berarti hubungan antara kata dengan benda. Kata pena misalnya mempunyai referensi sebuah benda yang memiliki tinta digunakan untuk menulis.
Halliday dan Hasan (1979) membedakan referensi menjadi dua macam, yaitu eksoforis dan endoforis.
Referensi eksoforis adalah pengacuan satuan lingual yang terdapat di luar teks wacana.Contoh: Itu matahari. Kata itu pada tuturan tersebut mengacu pada sesuatu di luar teks, yaitu ‘benda yang berpijar yang menerangi alam ini.’
Referensi endofora adalah pengacuan satuan satuan lingual yang terdapat di dalam teks wacana. Referensi endofora terbagi menjadi dua jenis, yaitu: Referensi anafora yaitu satuan lingual yang disebut lebih dahulu atau ada pada kalimat yang lebih dahulu, mengacu pada kalimat awal atau yang sebelah kiri.
Contoh:
(a)   Hati Adi terasa berbunga-bunga. (b) Dia yakin  Janah menerima lamarannya.
Kata Dia pada kalimat (b) mengacu pada kata Adi.
Pola penunjukkan inilah yang menyebabkan kedua kalimat tersebut berkaitan secara padu dan saling berhubungan.
Referensi katafora yaitu satuan lingual yang disebutkan setelahnya, mengacu pada kalimat yang sebelah kanan. Karena bajunya kotor, Gani pulang ke rumah. Pronomina enklitik-nya pada kalimat pertama mengacu pada antaseden Gani yang terdapat pada kalimat kedua.
Baik referensi yang bersifat anafora maupun katafora mengunakan pronomina persona, pronomina penunjuk, dan pronomina komparatif. Pronomina Persona adalah pengacuan secara berganti-ganti bergantung yang memerankannya. Dalam bahasa Indonesia, pronominal persona diperinci sebagai berikut.
  
Tunggal
Jamak
Persona pertama
Aku, saya
Kami, kita
Persona kedua
Kamu, engkau, anda
Kalian, kami sekalian
Persona ketiga
Dia, ia, beliau
Mereka
Contoh:
a)   Ida, kamu harus belajar. (referensi bersifat anfora)
b)   Kamu sekarang harus lari! Ayo, Okta cepatlah! (referensi bersifat katafora)
Pronomina demonstrasi yaitu pengacuan satual lingual yang dipakai untuk menunjuk. Biasanya menggunakan kata: ini, itu, kini, sekarang, saat ini, saat itu, di        sini, di situ, di sana dan sebagainya.
Contoh:  (a) “Di sini saya dilahirkan. (b) Di rumah inilah saya dibesarkan,” kata Ani.
Pronominal di sini pada kalimat (a) mengacu secara katafora terhadap antesedan rumah pada kalimat (b). Pronomina komparatif adalah deiktis yang menjadi bandingan bagi antasedennya.
Kata-kata yang termasuk kategori pronominal komparatif antara lain: sama, persis, identik, serupa, segitu serupa, selain, berbeda, tidak beda jauh, dan sebagainya.
Contoh:
Dani mirip dengan Ali karena mereka bersaudara.
b.      Substitusi (penggantian)
Penggantian adalah penyulihan suatu unsur wacana dengan unsur yang lain yang acuannya tetap sama, dalam hubungan antarbentuk kata, atau bentuk lain yang lebih besar daripada kata, seperti frasa atau klausa (Halliday dan Hassan, 1979: 88; Quirk, 1985: 863). Secara umum, penggantian itu dapat berupa kata ganti orang, kata ganti tempat, dan kata ganti sesuatu hal.
1.       Kata ganti orang merupakan kata yang dapat menggantikan nama orang atau beberapa orang.
Contoh: Nurul mengikuti olimpiade matematika. Ia mewakili Kalimantan Selatan.
2.      Kata ganti tempat adalah kata yang dapat menggantikan kata yang menunjuk pada tempat tertentu.
Contoh: Kabupaten Paser merupakan penghasil minyak terbesar di Kalimantan Timur. Di sana banyak terdapat pabrik sawit sebagai alat untuk mengolah buah sawit menjadi minyak mentah.
3.       Dalam pemakaian Bahasa untuk mempersingkat suatu ujaran yang panjang yang digunakan lagi, dapat dilakukan dengan menggunakan kata ganti hal. Sesuatu yang diuraikan dengan panjang lebar dapat digantikan dengan sebuah atau beberapa buah kata.
Contoh:
Pembukaan UUD 1945 dengan jelas menyatakan bahwa Pancasila adalah dasar negara. Dengan demikian, Pancasila merupakan nilai dasar yang normatif terhadap seluruh penyelenggaraan negara Repubublik Indonesia. Kata demikian pada contoh di atas merupakan kata ganti hal yang menggantikan seluruh preposisi yang disebutkan sebelumnya.
c.     Elipsis (penghilangan/ pelepasan)
Elipsis adalah proses penghilangan kata atau satuan-satuan kebahasaan lain. Elipsis juga merupakan penggantian unsur kosong (zero), yaitu unsur yang sebenarnya ada tetapi sengaja dihilangkan atau disembunyikan.
Contoh:
Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika saya menghadapi saat-   saat yang menentukan dalam penyusunan skripsi ini. (Saya mengucapkan) terima kasih Tuhan.
d.         Piranti Konjungsi (kata sambung)
Konjungsi termasuk salah satu jenis kata yang digunakan untuk menghubungkan kalimat.
Piranti konjungsi dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut.
1.      Piranti urutan waktu
Proposisi-proposisi yang menunjukkan tahapan-tahapan seperti awal, pelaksanaan, dan penyelesaian dapat disusun dengan menggunakan urutan waktu. Berikut ini beberapa konjungsi urutan waktu. Setelah itu, sebelum itu, sesudah itu, lalu, kemudian, akhirnya, waktu itu, sejak itu dan ketika itu.
Contoh:
Ani memberikan sambutan di Kantor Walikota Balikpapan. Setelah itu dia akan berkunjung ke Pulau Kumala.
2.      Piranti Pilihan
Untuk menyatakan dua proposisi berurutan yang menunjukan hubungan pilihan.
Contoh:
Pergi ke Pasar Lama atau ke Pasar Baru.

3.      Piranti Alahan (pertentangan)
Hubungan alahan antara dua proposisi dihubungkan dengan frasa-frasa seperti meski(pun) demikian, meski(pun) begitu, kedati(pun) demikian, kedatipun begitu, biarpun demikian, dan biarpun begitu.
Contoh:
Rumi tetap pergi ke Kampus, meskipun hujan.
4.       Piranti Parafrase
Parafrase merupakan suatu ungkapan lain yang lebih mudah dimengerti.
Contoh:
Perlu juga diperhatikan bahwa sejumlah teori dan pendekatan yang ada tersebut, bagi pembaca justru saling melengkapi. Dengan kata lain, apabila tujuan pembaca ingin memahami keseluruhan aspek dalam karya satra, tidak mungkin mereka hanya memiliki satu pendekatan.
5.      Piranti Ketidaserasian
Ketidakserasian itu pada umumnya ditandai dengan perbedaan proposisi yang terkandung di dalamnya, bahkan sampai pada pertentangan.
Contoh:
Nyasar di Martapura, padahal saya sudah melihat penunjuk jalan.
6.      Piranti Serasian
Piranti keserasian digunakan apabila dua buah ide atau proposisi itu menunjukkan hubungan yang selaras atau sama.
Contoh:
                Nia sangat dermawan, demikian juga dengan ibunya.
7.      Piranti Tambahan (Aditif)
Piranti Tambahan berguna untuk menghubungkan bagian yang bersifat menambahkan informasi dan pada umumnya digunakan untuk merangkaikan dua proposisi atau lebih. Piranti konjungsi tambahan antara lain: pula, juga, selanjutnya, dan, di samping itu, tambahan lagi, dan selain itu.
Contoh:
Masukkan kentang dan wortel, selanjutnya beri garam dan gula           secukupnya. Selain itu, kita juga bisa menambahkan brokoli dan jagung       manis.
8.      Piranti Pertentangan (Kontras)
Piranti ini digunakan untuk menghubungkan proposisi yang bertentangan atau kontras dengan bagian lain. Piranti yang biasa digunakan misalnya (akan) tetapi, sebaliknya, namun, dsb.
Contoh:
Perkembangan kognitif anak sudah baik. Namun, harus tetap berlatih agar tidak terjadi penurunan.
Contoh: Diky sangat nakal, tetapi ia pintar.
9.      Piranti Perbandingan (Komparatif)
Piranti ini digunakan untuk menunjukkan dua proposisi yang menunjukkan perbandingan. Untuk mengatakan hubungan secara eksplisit sering digunakan kata penghubung antara lain: sama halnya, berbeda dengan itu, seperti, dalam hal seperti itu, serupa dengan itu, dan sejalan dengan itu.
Contoh:
Pantun, puisi asli Indonesia, berbeda dengan syair. Pantun mempunyai dua bagian setiap bait, yaitu bagian sampiran dan isi. Sampiran terdapat dua baris pertama, sedangkan isinya terkandung pada dua baris terakhir.
10.  Piranti Sebab-akibat
Sebab dan akibat merupakan dua kondisi yang berhubungan. Hubungan sebab-akibat terjadi apabila salah satu proposisi menunjukkan sebab terjadinya suatu kondisi tertentu yang merupakan akibat atau sebaliknya.
Contoh:
Karena sering membuang sampah ke Sungai akibatnya rumah warga di sepanjang Jl. Yos Sudarso terendam banjir.
11.  Piranti Harapan (Optatif)
Hubungan optatif terjadi apabila ada ide atau proposisi yang mengandung suatu harapan atau doa.
Contoh:
-         Mudah-mudahan kejadian seperti itu tidak terulang kembali.
-          Semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca.
Piranti Ringkasan dan Simpulan, piranti tersebut berguna untuk mengantarkan ringkasan dari bagian yang berisi uraian.
Contoh:
Demikianlah beberapa informasi memngenai manfaat buah apel bagi kesehatan yang telah saya sampaikan pada artikel ini. Jadi, mulai sekarang sering-seringlah mengkonsumsi buah apel.
Piranti Misalan atau Contohan, berfungsi untuk memperjelas suatu uraian, khususnya uraian yang bersifat abstrak. Biasanya, kata yang digunakan adalah contohnya, misalnya, umpanya, dsb. Contoh:Kata ganti orang pertama tunggal. Contohnya hamba, saya, beta, aku, daku, dan sebagainya.
12.  Piranti Keragu-raguan (Dubitatif)
Piranti tersebut digunakan untuk mengantarkan bagian yang masih menimbulkan keraguan. Kata yang digunakan adalah jangan-jangan, barangkali, mungkin, kemungkinan besar, dan sebagainya.
Contoh: Mungkin dia sedang sedih.
13.  Piranti Konsesi: memang, tentu saja
Dalam memberikan penjelasan, adakalanya, pengirim pesan mengakui      sesuatu kelemahan atau kekurangan yang terjadi di luar jalur yang      dibicarakan. Pengakuan itu dapat dinyatakan dengan kata memang atau tentu          saja.
Contoh: Memang benar dia pintar.
14.  Piranti Tegasan
Proposisi yang telah disebutkan perlu ditegaskan lagi agar dapat segera dipahami dan di resapi.
Contoh:
Untuk  makan sehari-hari saja susah apalagi untuk membeli rumah.

2.2.2    Piranti Koherensi
Istilah koherensi mengacu pada aspek tuturan, bagaimana proposisi yang terselubung disimpulkan untuk menginterpretasikan tindakan ilokusinya dalam membentuk sebuah wacana. Proposisi-proposisi di dalam suatu wacana dapat membentuk suatu wacana yang runtut (koheren) meskipun tidak terdapat pemerkah penghubung kalimat yang di gunakan
Sumber: Diansyah Rofiatin. 2015. Materi Kohesi dan Koherensi. https://diansyahrofiatin.wordpress.com/2015/04/17/materi-kelompok-5kohesi-dan-koherensi/. Diunduh Jumat, 17 Maret 2017.
Contoh:
Percakapan :
1.      A: Saya makan kue.
B: Mencuri lagi?
A: Pak haji yang memberikannya.
Percakapan diatas koherensi tapi tidak kohesi.
2.      A: Adik merasa senang.
B: Mengapa adik merasa senang?
A: Ia merasa senang karena meraih peringkat satu.
Percakapan diatas kohesi dan koherensi.


BAB 3
PENUTUP

3.1            Kesimpulan
Kohesi dan kohrensi adalah dua hal yang membicarakan tentang kepaduan, entah mencakup keterpaduan gramtika dan semantik ataupun keterpaduan menafsirkan makna yang ingin disampaikan (pragmatik). Dalam kohesi dan koherensi juga terdapat piranti yang digunakan sebagai alat untuk mengetahui apakah kalimat tersebut koherensi tetapi tidak kohesi ataupun kohesi dan koherensi.

3.2            Saran
Demikianlah makalah ini. Semoga dapat berguna bagi penulis pribadi dan pembaca umumnya. Penulis menyadari bahwa makalah ini  masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.


DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan dkk. 2008. Tata Bahasa Baku Indonesai. Jakarta: Balai Bahasa dan Pusat Bahasa.
Diansyah Rofiatin. 2015. Materi Kohesi dan Koherensi. https://diansyahrofiatin.wordpress.com/ 2015/04/17/materi-kelompok-5kohesi-dan-koherensi/. Diunduh Jumat, 17 Maret 2017.
Karmila. 2012. Kohesi dan koherensi. http://ridwankreatif.blogspot.co.id/2012/10/kohesi-dan-koherensi.html. Diunduh Jumat, 17 Maret 2017.
Nida Dandi. 2013. Kohesi dan Koherensi  http://dandelionidha.blogspot.co.id/2013/03/kohesi-dan-koherensi_1709.html. Diunduh Jumat, 17 Maret 2017


Tidak ada komentar:

Posting Komentar