
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Betapa banyak manusia berinteraksi dalam
bermasyarakat. Kadang-kadang mereka berupaya untuk memilih pilihan kata yang
yang mudah dipahami dan sesuai kebiasaan
lawan bicara. Tentu saja, itu
bukan berarti salah dan tidak tepat melainkan ada kemungkinan terjadi
kekeliruan yang menyebabkan tidak ada keterkaiatan antara satu bagian dengan
bagian yang lainnya.
Adapun bahasa dapat digunakan apabila saling
memahami atau saling mengerti erat hubungannya dengan penggunaan sumber bahasa
yang kita miliki. Kita dapat memahami maksud dan tujuan orang lain
berbahasa/berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan.
Untuk itu keseragaman berbahasa sangatlah penting, supaya komunikasi berjalan
lancar.
Sementara itu, ketika seseorang berinteraksi
maka bahasa menjadi media atau instrument yang digunakan. Berbahasa artinya
menyampaikan gagasan kepada orang lain. Gagasan tersebut diwujudkan dalam
bentuk kalimat. Sehingga, keterkaitan antara kalimat yang satu dengan kalimat
lainnya, atau pun paragraph satu dengan paragraf yang lain sangat penting. Akan
tetapi dalam penyusan kalimat ataupun paragraph terkadang hal tersebut tidak
terlalu diperhatikan. Sehingga dalam penyusunan makalah kali ini penulis akan
memaparkan tentang kohesi dan koherensi dalam bahasa Indonesia.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan kohesi dan koherensi?
2.
Apa penanda
untuk mencapai kohesif dan koherensi?
1
1.3
Tujuan dan Manfaat
1.
Untuk
membahas dan mengetahui apa yang dimaksud dengan kohesi dan koherensi.
2.
Untuk
membahas dan mengetahui apa penanda untuk mencapai kohesif dan koherensi.
BAB 2
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kohesi dan Koherensi
Kohesi adalah hubungan antarbagian dalam teks yang ditandai
penggunaan unsur bahasa. Konsep kohesi pada dasarnya mengacu kepada hubungan
bentuk, artinya unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan untuk
menyusun suatu wacana memiliki keterkaitan secara padu dan utuh (Mulyana, 2005:
26). Sedangkan koherensi adalah
keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya, sehingga
kalimat memiliki kesatuan makna yang utuh (Brown dan Yule dalam Mulyana, 2005:
30).
Kohesi dan koherensi
merupakan syarat utama kewacanaan atau tekstualitas, Keduanya merupakan konsep
kepaduan. Pengertian Kohesi adalah Keterpaduan
Bentuk sedangkan
koherensi adalah Kepaduan
Makna. Teks atau wacana yang kohesif berarti setiap unsur
lahirnya terpadu secara internal dalam satuan teks tersebut. Tegasnya, setiap
komponen teks lahir, misalnya kata aktual yang didengar atau dibaca, saling
terhubung dalam rangkaian. Unsur-unsur komponen lahirnya harus saling
tergantung. Jadi, kehadiran yang satu serasi dengan kehadiran yang lain baik
bentuk maupun distribusinya. Contoh
lain dari unsur teks lahir adalah wujud tata bahasanya atau unsur-unsur
konvensi lain.
Sumber: Nida Dandi. 2013. Kohesi dan Koherensi http://dandelionidha.blogspot.co.id/2013/03/kohesi-dan-koherensi_1709.html. Diunduh Jumat, 17 Maret 2017
Sumber: Nida Dandi. 2013. Kohesi dan Koherensi http://dandelionidha.blogspot.co.id/2013/03/kohesi-dan-koherensi_1709.html. Diunduh Jumat, 17 Maret 2017
Semua unsur lahir dalam
penggalan teks tersebut terpadu, baik secara leksikal maupun gramatikal.
Sementara itu, keberpaduan atau koherensi mengharuskan unsur-unsur batinnya
(makna, konsep, dan pengetahuan) saling berpadu. Misalnya, ujar “apa kabar”
biasanya digunakan oleh orang yang sudah saling kenal dan relative (hubungan
kerabat) sudah agak lama tidak saling jumpa. Pembicara pertama mengujarkannya
kepada yang kedua dan yang kedua menyambut dengan akrab dan mengisyaratkan
pemahaman bahwa mereka sudah lama tidak saling jumpa. Apa lagi, pengujar
tersebut melanjutkan dengan ujaran berikutnya, yang memperkuat tafsiran bahwa
dia merasa sudah lama tidak jumpa dengan pengujar pertama.
Sumber:
Karmila. 2012. Kohesi dan koherensi. http://ridwankreatif.blogspot.co.id/2012/10/kohesi-dan-koherensi.html. Diunduh Jumat, 17 Maret 2017.
Karmila. 2012. Kohesi dan koherensi. http://ridwankreatif.blogspot.co.id/2012/10/kohesi-dan-koherensi.html. Diunduh Jumat, 17 Maret 2017.
2.2
Penanda
untuk mencapai kohesif dan koherensi
Menurut Halliday dan Hassan
(1976)
2.2.1 Piranti Kohesi Gramatikal
Pada umumnya, dalam bahasa Indonesia ragam tulis,
digunakan piranti kohesi gramatikal seperti berikut.
a.
Referensi
Referensi berarti
hubungan antara kata dengan benda. Kata pena misalnya mempunyai
referensi sebuah benda yang memiliki tinta digunakan untuk menulis.
Halliday dan Hasan
(1979) membedakan referensi menjadi dua macam, yaitu eksoforis dan endoforis.
Referensi
eksoforis adalah pengacuan satuan lingual yang terdapat di luar teks
wacana.Contoh: Itu matahari. Kata itu pada tuturan tersebut mengacu pada
sesuatu di luar teks, yaitu ‘benda yang berpijar yang menerangi alam ini.’
Referensi
endofora adalah pengacuan satuan satuan lingual yang terdapat di dalam teks
wacana. Referensi endofora terbagi menjadi dua jenis, yaitu: Referensi anafora
yaitu satuan lingual yang disebut lebih dahulu atau ada pada kalimat yang lebih
dahulu, mengacu pada kalimat awal atau yang sebelah kiri.
Contoh:
(a) Hati Adi terasa berbunga-bunga. (b) Dia yakin
Janah menerima lamarannya.
Kata Dia pada kalimat (b) mengacu pada kata Adi.
Pola penunjukkan inilah yang menyebabkan kedua kalimat
tersebut berkaitan secara padu dan saling berhubungan.
Referensi katafora yaitu satuan
lingual yang disebutkan setelahnya, mengacu pada kalimat yang sebelah kanan. Karena bajunya kotor, Gani pulang ke rumah. Pronomina enklitik-nya pada kalimat pertama
mengacu pada antaseden Gani yang terdapat pada kalimat kedua.
Baik referensi yang bersifat anafora maupun katafora
mengunakan pronomina persona, pronomina penunjuk, dan pronomina komparatif. Pronomina Persona adalah pengacuan secara
berganti-ganti bergantung yang memerankannya. Dalam bahasa Indonesia, pronominal persona diperinci
sebagai berikut.
|
Tunggal
|
Jamak
|
Persona pertama
|
Aku, saya
|
Kami, kita
|
Persona kedua
|
Kamu, engkau, anda
|
Kalian, kami sekalian
|
Persona ketiga
|
Dia, ia, beliau
|
Mereka
|
Contoh:
a) Ida, kamu harus belajar. (referensi bersifat anfora)
b) Kamu sekarang harus lari! Ayo, Okta cepatlah!
(referensi bersifat katafora)
Pronomina demonstrasi yaitu
pengacuan satual lingual yang dipakai untuk menunjuk. Biasanya menggunakan
kata: ini, itu, kini, sekarang, saat ini, saat itu, di
sini, di situ, di sana dan sebagainya.
Contoh: (a) “Di sini saya dilahirkan. (b) Di
rumah inilah saya dibesarkan,” kata Ani.
Pronominal di sini pada kalimat (a) mengacu
secara katafora terhadap antesedan rumah pada kalimat (b). Pronomina komparatif
adalah deiktis yang menjadi bandingan bagi antasedennya.
Kata-kata yang termasuk kategori pronominal komparatif
antara lain: sama, persis, identik, serupa, segitu serupa, selain, berbeda,
tidak beda jauh, dan sebagainya.
Contoh:
Dani
mirip dengan Ali karena mereka bersaudara.
b. Substitusi (penggantian)
Penggantian adalah penyulihan suatu unsur wacana
dengan unsur yang lain yang acuannya tetap sama, dalam hubungan antarbentuk
kata, atau bentuk lain yang lebih besar daripada kata, seperti frasa atau
klausa (Halliday dan Hassan, 1979: 88; Quirk, 1985: 863). Secara umum,
penggantian itu dapat berupa kata ganti orang, kata ganti tempat, dan kata
ganti sesuatu hal.
1. Kata ganti orang merupakan kata yang dapat
menggantikan nama orang atau beberapa orang.
Contoh: Nurul
mengikuti olimpiade matematika. Ia mewakili Kalimantan Selatan.
2. Kata ganti tempat adalah kata yang dapat menggantikan
kata yang menunjuk pada tempat tertentu.
Contoh: Kabupaten
Paser merupakan penghasil minyak terbesar di Kalimantan Timur. Di sana
banyak terdapat pabrik sawit sebagai alat untuk mengolah buah sawit menjadi
minyak mentah.
3. Dalam pemakaian Bahasa untuk mempersingkat suatu
ujaran yang panjang yang digunakan lagi, dapat dilakukan dengan menggunakan
kata ganti hal. Sesuatu yang diuraikan dengan panjang lebar dapat digantikan
dengan sebuah atau beberapa buah kata.
Contoh:
Pembukaan UUD 1945 dengan jelas menyatakan bahwa
Pancasila adalah dasar negara. Dengan demikian, Pancasila merupakan nilai dasar
yang normatif terhadap seluruh penyelenggaraan negara Repubublik Indonesia. Kata demikian pada contoh di atas merupakan
kata ganti hal yang menggantikan seluruh preposisi yang disebutkan sebelumnya.
c. Elipsis (penghilangan/
pelepasan)
Elipsis adalah proses
penghilangan kata atau satuan-satuan kebahasaan lain. Elipsis juga merupakan
penggantian unsur kosong (zero), yaitu unsur yang sebenarnya ada tetapi sengaja
dihilangkan atau disembunyikan.
Contoh:
Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika
saya menghadapi saat- saat yang menentukan dalam penyusunan skripsi
ini. (Saya mengucapkan) terima kasih Tuhan.
d.
Piranti Konjungsi (kata sambung)
Konjungsi termasuk
salah satu jenis kata yang digunakan untuk menghubungkan kalimat.
Piranti konjungsi dalam bahasa Indonesia dibedakan
menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut.
1.
Piranti urutan waktu
Proposisi-proposisi
yang menunjukkan tahapan-tahapan seperti awal, pelaksanaan, dan penyelesaian
dapat disusun dengan menggunakan urutan waktu. Berikut ini beberapa konjungsi
urutan waktu. Setelah itu, sebelum itu, sesudah itu, lalu, kemudian,
akhirnya, waktu itu, sejak itu dan ketika itu.
Contoh:
Ani memberikan sambutan di Kantor Walikota Balikpapan.
Setelah itu dia akan berkunjung ke Pulau Kumala.
2.
Piranti Pilihan
Untuk menyatakan dua proposisi
berurutan yang menunjukan hubungan pilihan.
Contoh:
Pergi ke Pasar Lama atau
ke Pasar Baru.
3.
Piranti Alahan
(pertentangan)
Hubungan alahan
antara dua proposisi dihubungkan dengan frasa-frasa seperti meski(pun)
demikian, meski(pun) begitu, kedati(pun) demikian, kedatipun begitu, biarpun
demikian, dan biarpun begitu.
Contoh:
Rumi tetap pergi ke Kampus, meskipun
hujan.
4.
Piranti
Parafrase
Parafrase merupakan
suatu ungkapan lain yang lebih mudah dimengerti.
Contoh:
Perlu juga diperhatikan bahwa sejumlah teori dan
pendekatan yang ada tersebut, bagi pembaca justru saling melengkapi. Dengan kata lain, apabila tujuan pembaca
ingin memahami keseluruhan aspek dalam karya satra, tidak mungkin mereka hanya
memiliki satu pendekatan.
5.
Piranti
Ketidaserasian
Ketidakserasian itu
pada umumnya ditandai dengan perbedaan proposisi yang terkandung di dalamnya,
bahkan sampai pada pertentangan.
Contoh:
Nyasar di Martapura, padahal saya sudah melihat penunjuk
jalan.
6.
Piranti Serasian
Piranti keserasian
digunakan apabila dua buah ide atau proposisi itu menunjukkan hubungan yang
selaras atau sama.
Contoh:
Nia sangat dermawan, demikian
juga dengan ibunya.
7.
Piranti Tambahan
(Aditif)
Piranti Tambahan berguna untuk menghubungkan bagian
yang bersifat menambahkan informasi dan pada umumnya digunakan untuk
merangkaikan dua proposisi atau lebih. Piranti konjungsi tambahan antara lain: pula,
juga, selanjutnya, dan, di samping itu, tambahan lagi, dan selain itu.
Contoh:
Masukkan
kentang dan wortel, selanjutnya
beri garam dan gula
secukupnya. Selain itu, kita juga bisa menambahkan brokoli dan jagung
manis.
8.
Piranti Pertentangan
(Kontras)
Piranti ini digunakan untuk menghubungkan proposisi
yang bertentangan atau kontras dengan bagian lain. Piranti yang biasa digunakan
misalnya (akan) tetapi, sebaliknya, namun, dsb.
Contoh:
Perkembangan kognitif anak sudah baik. Namun, harus tetap berlatih agar tidak
terjadi penurunan.
Contoh:
Diky sangat nakal, tetapi ia pintar.
9.
Piranti Perbandingan
(Komparatif)
Piranti ini digunakan
untuk menunjukkan dua proposisi yang menunjukkan perbandingan. Untuk mengatakan
hubungan secara eksplisit sering digunakan kata penghubung antara lain: sama
halnya, berbeda dengan itu, seperti, dalam hal seperti itu, serupa dengan itu, dan
sejalan dengan itu.
Contoh:
Pantun, puisi asli Indonesia, berbeda dengan syair. Pantun mempunyai dua bagian setiap bait,
yaitu bagian sampiran dan isi. Sampiran terdapat dua baris pertama, sedangkan
isinya terkandung pada dua baris terakhir.
10. Piranti Sebab-akibat
Sebab dan akibat merupakan dua kondisi yang
berhubungan. Hubungan sebab-akibat terjadi apabila salah satu proposisi
menunjukkan sebab terjadinya suatu kondisi tertentu yang merupakan akibat atau
sebaliknya.
Contoh:
Karena sering membuang sampah ke Sungai akibatnya rumah warga di sepanjang Jl.
Yos Sudarso terendam banjir.
11. Piranti Harapan (Optatif)
Hubungan optatif
terjadi apabila ada ide atau proposisi yang mengandung suatu harapan atau doa.
Contoh:
- Mudah-mudahan kejadian seperti itu tidak terulang kembali.
-
Semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca.
Piranti Ringkasan dan Simpulan, piranti tersebut berguna untuk mengantarkan ringkasan
dari bagian yang berisi uraian.
Contoh:
Demikianlah beberapa informasi
memngenai manfaat buah apel bagi kesehatan yang telah saya sampaikan pada
artikel ini. Jadi, mulai
sekarang sering-seringlah mengkonsumsi buah apel.
Piranti Misalan atau Contohan, berfungsi untuk memperjelas suatu uraian, khususnya
uraian yang bersifat abstrak. Biasanya, kata yang digunakan adalah contohnya,
misalnya, umpanya, dsb. Contoh:Kata
ganti orang pertama tunggal. Contohnya
hamba, saya, beta, aku, daku, dan sebagainya.
12. Piranti Keragu-raguan (Dubitatif)
Piranti
tersebut digunakan untuk mengantarkan bagian yang masih menimbulkan keraguan.
Kata yang digunakan adalah jangan-jangan, barangkali, mungkin, kemungkinan
besar, dan sebagainya.
Contoh: Mungkin dia sedang sedih.
13. Piranti Konsesi: memang, tentu saja
Dalam
memberikan penjelasan, adakalanya, pengirim pesan mengakui
sesuatu kelemahan atau kekurangan yang terjadi di luar
jalur yang dibicarakan. Pengakuan itu dapat dinyatakan
dengan kata memang atau tentu
saja.
Contoh: Memang benar dia pintar.
14. Piranti Tegasan
Proposisi
yang telah disebutkan perlu ditegaskan lagi agar dapat segera dipahami dan di
resapi.
Contoh:
Untuk makan sehari-hari
saja susah apalagi untuk membeli
rumah.
2.2.2 Piranti Koherensi
Istilah
koherensi mengacu pada aspek tuturan, bagaimana proposisi yang terselubung
disimpulkan untuk menginterpretasikan tindakan ilokusinya dalam membentuk
sebuah wacana. Proposisi-proposisi di dalam suatu wacana dapat membentuk suatu
wacana yang runtut (koheren) meskipun tidak terdapat pemerkah penghubung
kalimat yang di gunakan
Sumber: Diansyah Rofiatin. 2015. Materi Kohesi dan
Koherensi. https://diansyahrofiatin.wordpress.com/2015/04/17/materi-kelompok-5kohesi-dan-koherensi/. Diunduh Jumat, 17 Maret 2017.
Contoh:
Percakapan :
1.
A: Saya makan kue.
B: Mencuri lagi?
A: Pak haji yang memberikannya.
Percakapan diatas koherensi tapi tidak
kohesi.
2.
A: Adik merasa senang.
B: Mengapa adik merasa senang?
A: Ia merasa senang karena meraih peringkat
satu.
Percakapan diatas kohesi dan koherensi.
BAB
3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kohesi dan kohrensi adalah
dua hal yang membicarakan tentang kepaduan, entah mencakup keterpaduan gramtika
dan semantik ataupun keterpaduan menafsirkan makna yang ingin disampaikan
(pragmatik). Dalam kohesi dan koherensi juga terdapat piranti yang digunakan
sebagai alat untuk mengetahui apakah kalimat tersebut koherensi tetapi tidak
kohesi ataupun kohesi dan koherensi.
3.2
Saran
Demikianlah makalah ini. Semoga
dapat berguna bagi penulis pribadi dan pembaca umumnya. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dkk. 2008. Tata Bahasa Baku Indonesai. Jakarta: Balai Bahasa dan Pusat Bahasa.
Diansyah Rofiatin. 2015. Materi Kohesi dan Koherensi.
https://diansyahrofiatin.wordpress.com/
2015/04/17/materi-kelompok-5kohesi-dan-koherensi/. Diunduh Jumat, 17 Maret 2017.
Karmila. 2012. Kohesi dan koherensi. http://ridwankreatif.blogspot.co.id/2012/10/kohesi-dan-koherensi.html. Diunduh Jumat, 17 Maret 2017.
Nida Dandi. 2013. Kohesi dan Koherensi http://dandelionidha.blogspot.co.id/2013/03/kohesi-dan-koherensi_1709.html. Diunduh Jumat, 17 Maret 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar