Hatiku
Selembar Daun
Hatiku selembar daun
Melayang jatuh di rumput
Nanti dulu
Melayang jatuh di rumput
Nanti dulu
Biarkan aku sejenak terbaring di sini
Ada yang masih ingin ku pandang
Ada yang masih ingin ku pandang
Yang selama ini senantiasa luput
Sesaat adalah abadi
Sebelum kau sapu tamanmu setiap pagi
Sebelum kau sapu tamanmu setiap pagi
A. Struktur
lahir
1. Tipografi
Perwajahan puisi berupa
baris-baris yang tidak memenuhi permukaan kertas. Penyusunan baris teratur,
berawal dari batas kiri yang rata tanpa ada bait atau baris yang menjorok ke
dalam.
2. Citraan
a. Citraan gerakan
Hatiku selembar daun
Melayang jatuh di rumput
Biarkan aku sejenak terbaring di sini
Ada yang masih ingin ku pandang
Sebelum kau sapu tamanmu setiap pagi
Melayang jatuh di rumput
Biarkan aku sejenak terbaring di sini
Ada yang masih ingin ku pandang
Sebelum kau sapu tamanmu setiap pagi
b. Citraan
perabaan
Hatiku selembar daun
Melayang jatuh di rumput
Biarkan aku sejenak terbaring di sini
Melayang jatuh di rumput
Biarkan aku sejenak terbaring di sini
c. Citraan penglihatan
Ada yang
masih ingin ku pandang
d. Citraan penciuman dan citraan pendengaran
-
3. Diksi
Diksi dalam puisi “
Hatiku Selembar Daun” penyair menggunakan kata-kata yang mudah untuk dipahami
sehingga pembaca tidak terlalu sulit untuk menemukan maksud dari puisi ini.
4. Kata Kongkret
Melayang jatuh di rumput
Sebelum kau
sapu tamanmu setiap pagi
5. Majas
Majas
yang terdapat dalam puisi ini adalah majas personifikasi yang
terdapat pada larik Hatiku selembar daun.
B. Struktur batin
1. Tema
Puisi Hatiku Selembar Daun bertemakan
keagamaan yaitu menggambarkan orang-orang yang lalai melaksanakan kewajibannya,
seperti tercermin pada larik:
Nanti dulu
Biarkan aku sejenak terbaring di sini
Ada yang masih ingin ku pandang
Ada yang masih ingin ku pandang
2. Rasa
Sang
penyair menggambarkan penyesalan akibat kelalaiannya sendiri. Ia telah lupa
atas kewajibannya dan terpanah dengan keabadian sesaat yang dialaminya.
3. Nada
Sikap
penyair tehadap si pembaca adalah menyampaikan puisi dengan penuh nada
penyesalan.
4. Suasana
Suasana
yang dirimbulkan dari puisi ini adalah sedih karena penyair telah melalaikan kewajibannya.
5. Amanat
Amanat yang ingin di sampaikan
penyair kepada pembaca untuk menggunakan waktu sebaik-baiknya, jangan
menunda-nunda sesuatu serta jangan melalaikan kewajiban kepada sang Pencipta.
Agar tidak menimbulkan penyesalan dikemudian hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar