
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Membaca
adalah suatu proses yang dilakukan serta di pergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/
bahasa tulis. (Tarigan:2013)
Membaca
merupakan kemampuan yang kompleks, bukan hanya memandangi lambang-lambang
tertulis semata, bermacam-macam kemampuan dibutuhkan termasuk strategi oleh
seorang pembaca agar mampu memahami materi yang dibacanya (Slamet dan
Mulyati:1997).
Berdasarkan
dua pengertian membaca maka dapat di tarik kesimpulan bahwa membaca adalah
proses yang dilakukan seseorang untuk
memahami isi suatu bacaan. Ketika proses membaca berlangsung dibutuhkan
beberapa kemampuan yang memunculkan suatu tindakan untuk menghadirkan pemahaman
pada diri sendiri ataupun orang lain. Pemahaman terhadap isi bacaan tersebut
memiliki beberapa tingkatan. Menurut Burn, dkk (1996) dan Syafi’ie (1993) mengemukakan dua
tingkatan pemahaman membaca, yaitu pemahaman literal dan pemahaman tingkat
tinggi. Pemahaman literal adalah kemampuan menangkap informasi yang dinyatakan
secara tersurat dalam teks. Sedangkan pemahaman tingkat tinggi adalah pemahaman
yang lebih bersifat evaluatif dan memerlukan pemikiran kritis dari pembaca.
Namun dalam penyusunan makalah kali ini
guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keterampilan Membaca tingkat
pemahaman yang akan di bahas adalah membaca pemahaman literal .
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan membaca
literal?
2. Apa tujuan membaca pemahaman literal
?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi
membaca pemahaman literal ?
1.3
Tujuan
dan Manfaat
1. Membahas dan memahami apa yang
dimaksud dengan membaca literal.
2. Membahas dan memahami tujuan membaca pemahaman literal.
3. Membahas dan memahami faktor-faktor
yang mempengaruhi membaca pemahaman literal.
4. Membahas dan memahami bagaimana
model membaca pemahaman literal.

PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Membaca Pemahaman Literal
Membaca
pemahaman literal adalah membaca teks bacaan dan memahami isi bacaan tentang
apa yang disebutkan di dalam teks secara tersurat. (Yuli:2012). Pemahaman literal merupakan
prasyarat bagi pemahaman yang lebih tinggi (Burns dan Roe dalam Hairuddin, dkk,
2007:3-24)
Membaca literal merupakan kegiatan
membaca sebatas mengenal dan menangkap arti (meaning)yang tertera secara tersurat (eksplisit). Artinya,pembaca hanya berusaha menangkap informasi
yang terletak secara literal (reading the
lines) dalam bacaan dan tidak berusaha menangkap makna yang lebih dalam
lagi. (Harras:1998)
Cochran
(1991:16) menjelaskan bahwa pemahaman literal mencakup rincian yang terdapat
teks, rujukan kata ganti, dan urutan peristiwa dalam cerita. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa membaca
pemahaman literal adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara
eksplisit dalam teks yang merupakan pemahaman tingkat paling rendah. Walaupun
tergolong tingkat rendah, pemahaman literal tetap penting, karena dibutuhkan
dalam proses pemahaman bacaan secara keseluruhan.
2.2
Tujuan
Membaca Pemahaman Literal.
Membaca literal bertujuan hanya mengenal arti yang
tertera secara tersurat dalam teks bacaan. Pembaca cukup menangkap informasi
yang tertera secara literal (reading the lines) dalam teks bacaan. Ia tidak
berusaha mendalami atau menangkap lebih jauh. Teknik seperti ini biasanya
dipakai dalam proses belajar mengajar tingkat rendah, misalnya siswa SD-SMP.
(Dandi:2012)
2.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca
Pemahaman
|
1.
Potensi skemata pembaca
Setiap manusia memiliki potensi untuk berkembang. Potensi itu ada pada diri siswa itu sendiri yang tersimpan di dalam memorinya. Hal ini sebagaimana yang dinyataan oleh Cahyono (1992/1993: 25) bahwa: “Skemata adalah berupa pengetahuan yang tersimpan di dalam memori siswa yang dapat berfungsi pada saat siswa menginterpretasi informasi baru serta membiarkan informasi baru itu masuk dan menjadi bagian dari pengalaman yang tersimpan.”
Setiap manusia memiliki potensi untuk berkembang. Potensi itu ada pada diri siswa itu sendiri yang tersimpan di dalam memorinya. Hal ini sebagaimana yang dinyataan oleh Cahyono (1992/1993: 25) bahwa: “Skemata adalah berupa pengetahuan yang tersimpan di dalam memori siswa yang dapat berfungsi pada saat siswa menginterpretasi informasi baru serta membiarkan informasi baru itu masuk dan menjadi bagian dari pengalaman yang tersimpan.”
2.
Potensi Mengingat
Kemampuan
mengingat adalah suatu kemampuan kognisi yang dimiliki oleh setiap orang. Dalam
Taksonomi Bloom kemampuan ini termasuk kemampuan tingkat rendah. Mengingat
sangat diperlukan dalam membaca, karena dengan mengingat pembaca dapat
menggungkapkan kembali dan menghubungkan antara apa yang dibaca dengan apa
dipahaminya.
3.
Perspektif pembaca
Perspektif
pembaca merupakan potensi yang sangat menentukan pemahaman seseorang dalam
membaca teks bacaan. Dengan perspektif yang dimilki oleh siswa terhadap bacaan
yang dibacanya dapat memberikan kemudahan dalam memahami isi bacaan. Perspektif
yang dimaksud adalah pendapat, anggapan, dan tinjauan pembaca terhadap teks
yang dibacanya.
4.
Kemampuan berpikir
Kemampuan
berpikir adalah syarat untuk memahami sesuatu. Untuk memahami isi bacaan
diperlukan kognisi siswa. Kemampuan berpikir yang dimaksud adalah kemampuan
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis tentang apa yang
dibacanya.
5.
Aspek afektif
Aspek
afektif adalah aspek yang juga menentukan kemampuan sesorang memahami isi
bacaan dengan baik. Apektif adalah sikap seseorang terhadap teks yang
dibacanya. Dengan memiliki sikap yang positif atau dengan kemampuan pembaca
menanggapi isi teks dengan baik, maka akan menghasilkan pemahaman yang baik.
Selain
hal tersebut di atas, Anthony dalam Rumijan (2002: 20) menyatakan bahwa ada
tiga faktor yang perlu diketahui dan dikembangkan oleh guru dalam proses
pemahaman isi bacaan, yaitu;
1.
Karakteristik Pelajar
Membina
kemanpuan siswa di SD membawa pemahaman guru perlu mengetahui karakteristik
siswa yang meliputi pengetahuan latar pengetahuan kosakata, dan pengetahuan
metokognitif. Ketiga hal tersebut dibahas sebagai berikut.
a. Pengetahuan latar
Pengetahuan latar adalah pengetahuan yang sudah
dimiliki oleh siswa yang berkaitan dengan topik bacaan yang akan dibaca.
Mengetahui latar pengetahuan siswa sangat membantu memahami isi bacaan.
Memiliki latar pengetahuan yang cukup berkaitan dengan teks bacaan yang akan
dibaca akan berpengaruh pada kemampuan siswa memahami isi bacaan Cleary dalam
Rumijan (2002: 64) menyatakan bahwa: “Anak yang memiliki latar pengetahuan yang
serupa dengan teks yang akan dibacanya sangat
membantu anak dalam membaca.”
Upaya yang dapat dilakukan untuk menggali latar
pengetahuan siswa dengan teks yang akan dibacanya dapat dilakukan dengan cara
menghubungkan dan mencocokkan latar pengetahuan siswa dengan topik atau isi
bacaan dengan cara membangkitkan skemata siswa melalui kegiatan bertanya jawab,
memprediksi isi gambar. Cara seperti ini memiliki keuntungan, yaitu siswa
secara tidak langsung dapat terampil berbicara yaitu mengemukakan pengalaman,
pengetahuan, dan keterampilan yang sudah dimiliki yang berkaitan dengan topik
bacaan yang dibicarakan.
Menghubungkan pengetahuan latar siswa dengan isi
bacaan dapat diperkuat dengan bantuan gambar, yaitu dengan cara memberi
informasi singkat tentang garis besar isi bacaan, memberi tugas menebak judul
bacaan, melakukan tanya jawab untuk menebak (perkiraan) isi bacaan. Dengan cara
seperti ini dapat memudahkan siswa menelusuri atau menemukan isi bacaan yang
dibacanya.
Latar belakang budaya juga menentukan potensi
membaca pemahaman bagi siswa. Kesesuaian latar belakang budaya dengan isi
bacaan yang akan dibaca dapat mempengaruhi interpretasi (penafsiran) isi
bacaan. Dengan memiliki kemampuan interpretasi akan mudah memahami isi bacaan.
Miller dalam Rumijan (2002: 80) menyatakan bahwa: “Anak membaca teks bacaan
sesuai latar belakang budaya dapat mudah memahami isi bacaan. Sementara anak
membaca topik bacaan yang tidak sesuai latar belakang budayanya akan mengalami
kesulitan memahami isi bacaan.”
b. Pengetahuan Kosakata
Pengetahuan kosakata yang dimiliki oleh siswa sangat
berpengaruh terhadap kemampuan memahami isi bacaan. Guna meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman literal, guru harus membekali pengetahuan kosakata bagi
siswa. Penguasaan kosakata berpengaruh terhadap pemahaman teks bacaan. Cara
yang etektif untuk meningkatkan kosakata siswa adalah (a) memilih dan menemukan
kata kunci, (b) memberi petunjuk yang menekankan hubungan antara kata dengan
pengalaman atau pengetahuan latar pembaca, dan (3) melatih menggunakan kosakata
dalam kalimat.
c. Pengetahuan
Metakognitif
Meningkatkan kemampuan membaca pemahaman, guru perlu
meningkatkan metakognitif siswa. Metakognitif adalah kemampuan untuk
menjelaskan mengapa seseorang melakukan strategi tertentu, misalnya memahami
isi bacaan. Metakognitif dapat dikembangkan melalui pengalaman dan
pembelajaran. Melalui pengembangan metakognitif siswa dapat menyadari langkah-langkah
yang diambil dalam memahami isi bacaan.
Membangun metakognitif siswa dalam hal memaham isi bacaan dapat dilakukan dengan cara (a) guru menjelaskan proses membaca pemahaman secara eksplisit dengan memberi informasi tentang bagaimana dan kapan strategi itu digunakan (b) dengan cara pembelajaran timbal balik akan dapat mempengaruhi terhadap strategi memahami isi bacaan yang meliputi: meringkas isi bacaan, membuat pertanyaan isi bacaan, menjelaskan, memprediksi isi bacaan, melibatkan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman.
Membangun metakognitif siswa dalam hal memaham isi bacaan dapat dilakukan dengan cara (a) guru menjelaskan proses membaca pemahaman secara eksplisit dengan memberi informasi tentang bagaimana dan kapan strategi itu digunakan (b) dengan cara pembelajaran timbal balik akan dapat mempengaruhi terhadap strategi memahami isi bacaan yang meliputi: meringkas isi bacaan, membuat pertanyaan isi bacaan, menjelaskan, memprediksi isi bacaan, melibatkan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman.
2.
Karakteristik Teks
Pengetahuan
tentang karakteristik teks dapat dipakai untuk membantu pemahaman teks bacaan.
Pemahaman tentang karakteristik isi teks bacaan sangat membantu siswa dalam
mamahami isi bacaan. Pemahannan terhadap jenis teks yang akan dibaca merupakan
hasil dari pembentukan makna yang timbal balik antara pembaca dan teks bacaan.
3.
Konteks Sosial
Konsteks
sosial merupakan lingkungan sosial dimana siswa berada. Pengaruh konteks sosial
terhadap pembelajaran membaca pemahaman adalah bahwa latar belakang budaya dan
konteks pembelajaran digunakan
dapat mempengaruhi pemahaman isi bacaan. Sejalan
dengan hal tersebut di atas, Burn, Roe dan Ross (1996: 130 menyatakan bahwa
dalam membaca ada dua bagian utama yang perlu diketahui, yaitu membaca sebagai
proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu pada
aktivitas yang bersifat mental maupun fisik. Sementara mebaca sebagai produk
mengacu pada konsekuensi aktivitas yang dilakukan pada saat membaca.
Pemahaman
literal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kemampuan mengenali kembali dan
mengingat kembali informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks.
Kemampuan mengenali kembali (recognition) adalah kemampuan mengidentifikasi
atau menunjukkan informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks.
Kemampuan ini mencakup beberapa hal, yaitu: mengenali kembali rincian-rincian,
ide-ide utama, urutan, perbandingan, hubungan sebab-akibat, dan karakter tokoh
yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Selanjutnya, kemampuan mengingat
kembali adalah kemampuan mengingat kembali informasi yang dinyatakan secara
eksplisit dalam teks. Kemampuan ini mencakup: mengingat kembali rincian, ide
utama, suatu urutan, perbandingan, hubungan sebab-akibat, dan karakter tokoh
yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa pemahaman literal merupakan prasyarat untuk tingkat pemahaman yang lebih tinggi, yaitu membaca untuk memperoleh detail isi bacaan secara efektif. Pemahaman ini dimaksudkan untuk memahami isi bacaan secara efektif. Pemahaman ini dimaksudkan untuk memahami isi bacaan seperti yang tertulis pada kata, kalimat, dan paragraf dalam teks bacaan. Pemahaman literal menuntut kemampuan ingatan tentang hal-hal tertulis dalam teks.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa pemahaman literal merupakan prasyarat untuk tingkat pemahaman yang lebih tinggi, yaitu membaca untuk memperoleh detail isi bacaan secara efektif. Pemahaman ini dimaksudkan untuk memahami isi bacaan secara efektif. Pemahaman ini dimaksudkan untuk memahami isi bacaan seperti yang tertulis pada kata, kalimat, dan paragraf dalam teks bacaan. Pemahaman literal menuntut kemampuan ingatan tentang hal-hal tertulis dalam teks.
2.4
Model Membaca Pemahaman Literal
Punfey
dalam Rumijan (2002: 25) menyatakan bahwa: “Mengembangkan pemahaman literal
dibagi dua kategori, yaitu kemampuan mengenal dan kemampuan mengungkapkan
kembali isi bacaan berupa (1) detail, (2) ide pokok, (3) urutan, (4)
perbandingan, (5) hubungan kausal, (6) pelaku dalam bacaan.” Dari uraian isi
bacaan literal atau seperti yang tersurat di dalam teks bacaan dan pada
hakikatnya adalah kemampuan menginterpretasi makna dalam teks bacaan.
Untuk membangun
pemahaman literal, siswa diberikan panduan pertanyaan arahan seperti yang
dikemukakan oleh Burn, Roe dan Ross (1996: 47) yaitu: “(1) Siapa, untuk
menyakan orang/binatang atau tokoh di dalam wacana, (2) apa, untuk menanyakan
barang, bench, dan peristiwa, (3) di mana, untuk menanyakan tempat. (4) kapan,
untuk menanyakan waktu, (5) bagaimana, untuk menanyakan proses jalannya suatu
peristiwa alasan untuk sesuatu, dan (6) mengapa, untuk menanyakan sesuatu
sebagaimana disebutkan di dalam bacaan”.
Panduan untuk
memahami isi bacaan secara literal seperti di atas diharapkan dapat dijadikan
petunjuk untuk memahmi isi bacaan. Shanklin dan Rhodes dalam Burn, Roe dan
Ross, (1996: 105) menyatakan bahwa: “Kemampuan memahami isi bacaan merupakan
suatu proses yang berkembang secara terus-menerus dan dapat dimulai sebelum
buku dibaca dan berkembang setelah buku selesai dibaca.
Contoh Teks :
Telinga Wajan
Pagi begitu dingin,
hujan turun sangat lebat, kasur-kasur empukku rasanya pakai lem. Susah sekali
bangun, padahal aku harus ke sekolah. Gedor-gedor pintu yang semakin lama
semakin mengeras nyatanya tidak berhasil
menganggu tidurku. Sepertinya pelaku gedor-gedor pintu itu adalah ibu yang sudah kehilangan
kesabaran. Aku tahu pasti sudah lebih dari sepuluh kali ibu meneriakiku anak
durhaka. Lebih sepuluh panggilan tak
terjawab, kurang dari lima makian dan teriakan yang hampa jawaban, ibu kemudian
diam. Diam untuk saat itu, sejam kemudian saat kubuka pintu ibu sudah berdiri depan pintu dengan
lincah menarik kupingku. Aku kesakitan minta ampun sampai telingaku merah.
“Tiap hari seperti ini!
Mau jadi apa kamu jika besar nanti?”
Panjang lebar ibu
mengomel, sambil menyalahkan diri sendiri...
“Ngidam apa aku waktu
mengandungmu... Allohu Akbar!”
Aku diam saja karena tahu diri salah. Ibu kemudian
menghela nafas, Mengaturnya, sedemikian sulit menahan marah.
“Nak. Coba perhatikan
telinga wajan!”
Alisku mengerut.
“Wajan itu telinganya saja yang lebar... tapi tak
mendengar!!!” amarah ibu naik lagi. Kemudian tarik nafas lagi...
“Kalau begitu Aco, karena kau tak ke sekolah hari
ini ikutlah dengan ibu.” Ajak ibu
“Kemana bu??”
“Ikut saja...!”
Aku dan ibu pun pergi,
di sepanjang jalan ibu menunjuk laki-laki dewasa yang berpanas-panas mengangkut
semen, dan para penyapu jalan.
“Apa kau mau bekerja
seperti mereka?” tanya ibu.
“Ahh tidaklah bu. Aku
akan duduk di ruang berase!”
“Ohh ya? Kau mau bersantai. Yah jelas kau suka
sekali bersantai. Tapi taukah nak! Orang-orang yang sukses, bersantai di masa
tuanya mereka bukan orang-orang yang tidur dari malam sampai siang di waktu
mudanya. Kalau kau ingin santai di masa tua Aco, maka bekerja keraslah di masa
mudamu. Tapi jika kau ingin menjadi buruh, atau apapun yang keras pekerjaannya
maka silahkan bersantai di masa mudamu.”
Aku baru sadar. Hari-hari berikutnya tidak lagi
terlambat bangun. Ibu membantuku, di awal usaha bangun pagi. Tetapi di hari
berikutnya sudah terbiasa, aku memasang target bangun sebelum matahari terbit,
tak boleh kalah sama Ayam yang menyambut pagi.
Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan isi teks
- Siapakah nama anak ibu pada cerita Telinga Wajan?
- Mengapa ibu mengomel di pagi hari dalan cerita Telinga Wajan?
- Bagaimana latar tempat dan waktu dalam cerita Telinga Wajan?
- Apa yang memacu aku untuk bangun pagi setiap hari ?
- Membuat ringkasan cerita Telinga Wajan berdasarkan pemahaman sendiri!
|
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Membaca adalah proses memahami isi
bacaan. Dalam membaca terdapat beberapa tigkatan pemahaman salah satunya
membaca pemahaman literal yang merupakan salah satu pemahaman bacaan secara
eksplisit ( sesuai dengan isi teks yang tersurat). Ketika proses membaca
terdapat juga factor-faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat pemahaman seseorang, baik itu berasal dari pembaca
itu sendiri ataupun dari teks bacaan.
3.2
Saran
Setelah membahas dan mengetahui
tentang membaca pemahaman literal, pembaca diharapkan mampu menerapkannya dalam
proses belajar mengajar ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Ditambah lagi
membaca pemahaman literal merupakan tingkat pemahaman dasar dalam memahami teks
dan merupakan tahap yang harus dikuasai menuju tingkat pemahaman lebih tinggi.
|

Nurhadi. 2010. Bagaimana Meningkatkatkan Kemampuan Membaca. Jakarta: Sinar Baru
Algensindo.
Rahim, Farida.2011.Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta:
Bumi Aksara.
Tarigan, Hendry Guntur.2013.Membaca Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Rosisi,
Imron. 2009. Keterampilan Berbahasa .
Internet. http://guru-umarbakri.blogspot.co.id/2009/07/keterampilan-berbahasa_26.html.
(18/11/2016)
Purnama,
Yuli. 2012. Membaca Literal. Internet.
http://ryanyulipurnami.blogspot.co.id/2012/10/membaca-literal.html.
(18/11/2016)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar