Selasa, 09 Februari 2021

CERPEN- Kami Tuhan, Kalian Bukan

 

Kami Tuhan, Kalian Bukan!

Pagi ini langit cerah, seperti biasanya Aku duduk di koridor kampus ditemani benda persegi empat yang orang sering sebut laptop. Benda tersebut menjadi teman setia ku setiap harinya kemana pun dan dimana pun. Benda itu  bukan teman yang dapat ku ajak bercengkrama akan tetapi benda tersebut  mampu mengisi di segala jenis situasi.

Pagi ini ada hal yang cukup menerik perhatianku. Tepat di depan ku terlihat seorang laki-laki seusiaku yang sibuk bermain dengan benda kecil ditanganya. Ia terlihat begitu serius dengan mainannya. Bukan terkait apa yang ia lakukan tetapi ketika ia tengah asyik brmain tiba-tiba seorang pria paruh baya menegurnya “Hei nak, saya tanya apa fungsi kursi? Untuk duduk bukan? Kenapa kau injak-injak seperti itu!” sontak hal tersebut memecah konsentrasinya bermain dengan benda kecil yang ada di tangannya dan pria paruh baya tadi pergi meninggalkannya. Tentu saja aku tidak luput untuk tidak mmeperhatikan kejadian tersebut. Namun bukan ini yang menjadi poin penting. Akan tetapi tiba-tiba terdengar suara terikan yang berasal dari sisi belakang meneriaki lak-laki yang berada di depan ku, anggap saja pria yang berada di depan ku bernama Doni.

“Eh Doni kenapa kau tak menegurnya balik? Lakukan saja sesuka mu! Toh kau bayar, kau bisa lakukan apa saja! Ada yang rusak saja tidak mereka perbaiki. Dasar!”

Doni tersenyum dan berkata “ Iya kak, dasar orang tua!”

Percakapan singkat itu cukup membuat ku tertawa kecil. Entah apa yang mereka pikirkan. Dari sudut apa pun aku pikirkan, aku tidak menemukan hal yang dapat membenarkan pola pikir mereka. Apa iya di dunia ini, setelah seseorang melakukan satu kewajiban, mereka bebas melakukan segalanya. Sederhananya, apa benar jika kita telah membayar uang kuliah kita bebas  melakukan apa pun terhadap fasilitas kampus? Apa benar setelah membayar uang kuliah kita berhak menuntut apa pun?Apa benar setelah kita membayar uang kuliah kita berhak protes utuk segalanya? Apa benar setelah membayar uang kuliah kita benar untuk segala hal dan mereka salah?

Beberapa pertanyaan itu tiba-tiba saja hadir. Belum juga aku berhasil menemukan jawaban untuk semua pertanyaan ku mendadak beberapa laki-laki datang. Ternyata mereka teman laki-laki yang berteriak tadi. Laki-laki yang di depan ku juga mengenalnya. Mereka membahas soal teguran tadi dan menarik kesimpulan bahwa Doni seharusnya tidak mendapatkan teguran, toh dia bayar. Lagi-lagi pembelaan tersebut menjadi alasan kuat. Keyakinan apa yang mereka percaya? Mengapa satu hal tersebut memiliki peranana yang begitu besar. Apa benar “toh kita bayar” berarti kita bebas melakukan apapun. Belum juga aku menemukan jawaban, meraka kemudian bernyayi dengan volume besar, cukup mengganggu menurutku. Apa mereka tak berpikir apa yang mereka lakukan akan mengganggu orang lain? Ataukah “Toh saya bayar” menjadi alasan bahwa mereka bisa bernyayi sesuka hati mereka. Dari kejadia itu aku berpikir, ternyata di dunia ini banyak orang yang berperan layaknya Tuhan. Selalu merasa paling benar, selalu merasa paling tahu, dan selalu merasa berhak melalakukan apapun. Di dunia ini ada begitu banyak orang hebat. Dunia ini begitu luas. Mengapa seorang manusia bisa merasa begitu hebatnya? Ahh lucu.

Makassar, 18 November 2017.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar