MENETAP
ATAU PERGI...
Makassar, 20
April 2017
Sebenarnya dalam surat
ini tidak ada yang penting atau menarik perhatian. Isinya keseluruhan biasa
saja. Hanya berisi luapan perasaan yang dimiliki oleh seorang gadis. Seseorang
yang entah mungkin tak pernah kau harap keberadaannya. Tidak usalah kau harap,
kau sadar akan keberadaanya saja mungkin tidak. Hal yang lucu bukan? Namun
itulah kenyataaannya, seseorang yang kau tak pernah sadar bahwa selama ini ia
menyimpan rasa kepadamu. Iya, hanya kepadamu yang entah kapan rasa itu ia
sadari, yang ia tahu sekarang ia tergila-gila padamu.
***
Maros, 10 Februari 2016
Siang itu, hari
pertamanya mengajar di sebuah lembaga bimbingan belajar. Ia tidak menyangka
bahwa hari itu akan ada sesuatu yang (akan) berbeda dari hari kemarin. sesuatu
yang tidak bisa ia tebak kapan datangnya. Hari itu, sesuatu itu benar-benar
muncul. Iya siang itu tepatnya hari selasa Bianka bertemu dengan Dion. Pertemuan
yang begitu singkat, akan tetapi meninggalkan sesuatu. Ahh, itulah yang merubah
hari-harinya.
****
Siang itu, Bianka
bertanya mengenai lokasi salah satu ruang kelas kepada Dion "Permisi kak,
kelas 12 IPC dimana ya?" lalu Dion menjawab "Lihat sebelah
kiri," Bianka kemudian tertawa kecil "hihi, ohhh iya kak terimakasih.
Maaf mengganggu ya," jawabnya dengan sedikit malu. Ternyata ruangan yang
ia cari tepat di sebelah kirinya. Ia lalu meninggalkan Dion.
Setelah selesai
mengajar Bianka bertemu lagi dengan Dion. Ia ingin menyapa tapi perasaan malu
karena kejadian sebelumnya, mengurungkan niatnya. ia akhirnya melewati Dion
begitu saja.
Hari berikutnya
ditempat yang sama, mereka bertemu lagi. Ada perasaan aneh yang Bianka rasakan.
Ia tidak mengerti perasaan apa, akan tetapi semakin dekat dengan Dion perasaan
itu semaki ia rasakan. Rasa suka? Ahh ia tidak yakin. Tidak mungkin tumbuh
secepat itu. Mengelak, hal yang tidak bisa ia lakukan juga karena ada yang aneh
saat ia berdekatan dengan Dion. Semenjak saat itu, rasa canggung yang ia
rasakan jika berdekaatan dengan Dion semakin lama semakin menjadi-jadi. Ia
mencoba menyembunyikannya dengan rapi. Membuat semua biasa-biasa saja dan tidak
ada apa-apa jika berada di dekat Dion.
Berjalan waktu sampai
projek menagajar selesai, perasaan itu berhasil ia sembunyikan dengan rapi.
Tidak ada yang tahu. Tidak ia ceritakan kepada siapapun. Ia pendam sendiri,
cantik, rapi , aman terkendali. Selama ini, untuk memuaskan rasa penasarannya
terhadap Dion, disela-sela waktu sibuknya Bianka selalu mencari tahu tentang
sosok Dion. Mulai dari akun sosial medianya hingga mencari tahu melalui
orang-orang terdekat. Ia mencari dengan sangat hati-hati. Hingga suatu ketika,
seorang teman dekatnya yang juga merupakan teman dekat Dion menyampaikan
sesuatu yang seketika mengubah perasaanya. Membuatnya ingin megungkapkan hal
yang selama ini ia pendam. Ia simpan dengan rapi, dengan sangat hati-hati.
"Bianka kayaknya
keren deh kalau kamu jadian dengan Dion".
"Hah? Kok bisa
ngebahas hal seperti itu sih?"
"Haha serius, Dion
itu orangnya keren. Dia tipikal orang yang punya cita-cita besar, optimis,
baik, dan yang pastinya cerdas"
"Nah terus apa
hubungannya? Kenapa tiba-tiba dijodohin dengan Dion?"
"Kamu kan orangnya
dewasa, baik hati, terus cerdas. Pasti bakalan cocoklah dengan Dion. Kamu pasti
bisa ngimbangin dia,"
"Aduh jangan
ngarang deh, tidak mungkinlah Dion suka sama aku"
"Serius
akunya,"
"Stop deh jangan
kebanyakan ngarang cerita".
Percakapan singkat itu
ternyata cukup merubah perasaan Bianka. Ia semakin bingung mau ia kemanakan
perasaannya. Harus ia ungkapkan ataukah ia cukup memendamnya sendiri. Satu hal
yang berbeda sejak percakapan singkat itu. Bianka kini mulai berani
mengungkapkan perasaannya. Tidak kepada Dion tetapi tulisan-tulisan mengenai
sosok Dion sudah berani ia munculkan ke akun sosial media miliknya. Yang
awalnya hanya kalimat-kalimat singkat,hingga beberapa paragraf. Hampir setiap
hari ia sampaikan.
Tulisan itu ia jadikan
sebagai kode, yang entah kapan Dion akan mengetahui bahwa keseluruhan tokoh
yang Bianka ceritakan adalah dirinya. Bianka menikmati hari-hari itu. Setidaknya
ia sudah maju satu langkah. Perasaan
yang awalnya hanya ia rasakan sendiri, sekarang ia bisa bagi ke orang
lain, meskipun orang lain hanya mampu menebak-nebak sosok siapa yang berusaha
ia gambarkam.
Tiga bulan kemudian
mereka kembali bertemu, Bianka dan Dion. Tidak seperti awal pertemuan mereka,
kali ini terlihat lebih santai. Bianka sudah berani menyapa Dion dan Dion pun
membalas ramah sapaan Bianka. Lagi-lagi hal itu membuat Bianka merasa senang,
terbang melayang. Hal seperti itu cukup membuat Bianka senyum kecil seharian.
Akan tetapi rasa
bahagia itu tidak bertahan lama.
Keesokan harinya semua sudah berjalan normal. Kembali ke aktivitas biasanya.
Namun, bayang-bayang tentang Dion tidak bisa hilang begitu saja. Setelah
pertemuan itu, Bianka mencoba untuk meghubungi Dion. Tetapi ia tidak tahu pembahasan
apa yang ia akan mulai dengan Dion. Namun, karena rasa nekadnya ia memulai
obrolan via chat dengan Dion. Awalnya tentang pekerjaan, lama kelamaan
percakapan mereka mulai melebar ke hal-hal pribadi. Dari rutinitas keseharian
hingga keluarga. Kedekatan diantara mereka mulai terjalin. Saling mengabari
sudah menjadi kebiasaan mereka. Mulai dari aktivitas kuliah, sehari-hari hingga
keluarga semua tersampaikan. Mereka saling berbagi satu dengan yang lain. Ketika
Dion ke Bandung untuk kegiatan organisasi, ia pamit kepada Bianka. Hal itu
cukup membuat Bianka sangat senang. Ditambah lagi Dion mengirimkan jadwal
kegiatannya selama di Bandung. Wanita mana yang tidak senang jika mendapati hal
demikian. Hal yang cukup membuat dirinya merasa penting bagi sosok yang
diam-diam ia sukai.
Bianka mulai
menyakinkan hatinya. Apakah ini waktu yang tepat untuk mempercayakan hatinya
kepada seseorang. Apakah ini sudah waktunya untuk menyatakan perasaannya kepada
Dion? Hal yang selama ini ia pendam, ia simpan rapi apakah sudah saatnya untuk
ia ungkapkan. Pertanyaan-pertanyaan itu tengiang-ngiang terus dikepalanya. Satu
sisi ia sudah ingin menyampaikan semua isi hatinya, tetapi di ssi lain, ia
masih belum yakin. Ada perasaan ragu. Apalagi belum terlalu lama ia mengenal
Dion. Semua hanya berawal dari rasa kagum. Rasa yang entah, memang muncul atau
sengaja ia munculkan untuk melepas seseorang.
****
Ohh iya, sebenarnya
selama ini Bianka sedang menunggu seseorang. Sosok yang ia kagumi dari ia duduk
di sekolah menengah pertama. Sosok yang selalu mengisi hari-harinya. Sosok yang
membuatnya di landa cinta monyet. Ahh cinta monyet, julukan itu yang sering
ia dengar saat SMP sampai duduk di
bangku perguruan tinggi. Memang sebelum muncul sosok Dion, Bianka betah dengan
kesendiriannya karena sosok Rian. Laki-laki yang begitu membuat Bianka rela
menjomblo selama bertahun-tahun. Tujuh tahun lebih Bianka menunggu Rian. Hal istimewa
apa yang dimiliki Rian, Bianka juga tidak mengetahui, yang jelas sosok Rian
mampu membuat sosok Bianka menunggu, menunggu, dan menunggu.
Tak mau bercerita
banyak tentang Rian, sosok Dion berhasil membuang jauh-jauh perasaan Bianka
selama tujuh tahun kepada Rian. Belum juga rasa yakin di hati Bianka tumbuh
seutuhnya, Dion tiba-tiba berubah. Bianka bingung, apa yang membuat Dion
berubah. Sosoknya yang hangat dan perhatian tiba-tiba saja jauh. Dari yang
sebelumnya ada pesan singkat di pagi hari yang masuk ke handphone Bianka,
akhir-akhir ini tak ada lagi. Mungkin rasa perasaan Dion kepada Bianka sudah
terpenuhi. Mungkin Bianka yang salah mengartikan semuanya. Ia terlalu percaya
diri jika Dion (juga) menyukainya. Padahal mungkin Dion hanya menganggapnya
sebagai teman.
Semuanya sudah berubah, tidak ada lagi chat hingga tengah
malam. Tidak ada lagi pesan singkat di pagi hari. Semua kembali seperti di awal
pertemuan. Berjalan normal dan biasa-biasa saja. Menjauh, Dion seperti menjauh.
Bianka kadang mencoba untuk memulai percakapan, namun hal mengecewakan yang ia
dapatkan. Bukan jawaban yang ia inginkan. Dion menjadi sosok yang benar-benar
dingin.
Mulai dari saat itu
bianka berhenti. Bukan berhenti yang benar-benar berhenti. Ia memang berhenti
mengirim pesan kepada Dion, tetapi ia tidak pernah berhenti membuat tulisan di
akun media sosialnya. Bianka juga merasa, tidak ada gunanya ia melakukan hal
itu, tetapi hatinya tetap ingin terus melakukannya. Semua tentang Dion ia
gambarkan dalam tulisannya. Tidak menyiksa, menurutnya lebih seperti orang
bodoh yang menyemogakan hal yang tak pernah bisa disemogakan. Ia sadar yang ia
lakukan seperti layaknya orang bodoh, ia mencoba menikmati. Setidaknya karena
hal seperti ini membuatnya rajin menulis. Walaupun isi tulisannya berisi
tentang Dion, Dion, dan Dion. Lama-kelamaan menulis menjadi kebiasaan. Yang
menjadi tokoh utama tetap Dion, sosok
yang membuat hatinya terluka, mencoba untuk membuatnya mengalir apa adanya.
Hingga pada akhirnya perasaannya kepada Dion ia anggap telah mati. Telah
hilang. Hatinya sudah kembali seperti semula. Hari-harinya kembali berjalan
normal. Tidak ada lagi lagu Fiersa Besari yang menemani malam-malamnya. Karena
sebulan terakhir ini lirik lagu Fiersa selalu menjadi pengantar tidurnya.
Rindu… ini menggema …
Sampai diujung luka..
Kau yang bertabur sinar..
Hanya membias dalam imaji…
Engkau pencuri hati…
Tanpa engkau sadari…
----
Aku sadar siapa diriku..
Yang tidak mungkin menggapaimu…
Kau terlalu indah untuk jadi kenyataan…
Namun bila ada sedikit, ruang hati tuk ku singgahi…
Takka pernah ku sakiti…
Lucu
dan menggelikan, itu yang ia sadari sekarang ini. Memang Bianka yang selalu
berfikir berdasarkan logikanya, sebulan kemarin merasa dirinya tidak normal.
Terlalu memalukan menbaca tulisannya sendiri. Ia merasa tidak percaya bahwa
kemarin ia dibutakan dengan rasa kagumnya kepada Dion. Lambat dan perlahan ia
mulai melupakan sosok Dion. Sosok yang sering muncul di beranda media sosialnya
kini hanya belalu begitu saja. Tidak ada lagi pencarian mengenai sosok Dion.
Berjalannya
waktu, Bianka telah kembali disibukkan dengan rutinitasnya di kampus. Gajinya
selama mengajar pun telah ia tabung. Kampus, tugas, organisasi cukup
menghilangkan sosok Dion dari kepalanya, meskipun kadang saat mendengar lirik
lagu dari Fiersa Besari
Coba Tanya hatimu sekali lagi…
Sebelum engkau benar-benar pergi…
Masihkah ada aku didalamnya…
Karena hatiku masih menyimpanmu…
Kisah kita memang baru sebentar…
Namun terlukis sangat indah…
Cukup
membuatnya kembali mengingat sosok Dion. Hal itu akan hilang dikeesokan
harinya. Ia sekarang disibukkan dengan kegiatan besar diorganisasinya. Tidak
ada lagi sosok yang membuatnya bimbang dan galau. Ahh galau hanya sejenis
lelucon anggapannya. Ia mulai menjadi sosok yang tangguh. Perempuan yang
menurutnya kalau semua bisa ia kerjakan sendiri mengapa harus minta bantuan
orang lain. Perempuan yang menjadi sosok “gila” bagi teman dekatnya. Perempuan
yang (sok menjadi) kuat. Mengapa tidak setiap hari ia bangun pagi dan telah
meninggalkan rumah untuk kuliah, pulang pukul 12 hingga dua malam untuk
kegiatan organisasi. Pagi hari ia di tempat A, siang di tempat B, malam di
tempat C. setiap hari seperi itu. Diajak jalan, boro-boro mengiyakan. Untuk
makan siang bersama teman-temannya saja sudah sulit. Regina sahabat dekatnya
mulai jenuh untuk mengingatkannya agar tidak terlalu sibuk. Tapi itu hanya
angina lalu baginya. Selama ia masih sehat mengapa harus berhenti. Waktu
terlalu berharga untuk ia sia-siakan.
Dibalik
kesibukannya sebenarnya ia hanya berusaha memantaskan diri untuk seseorang yang
entah siapa sosoknya. Ia selalu percaya bahwa kelak siapa pasangannya, itu
adalah sosok dari cerminan dirinya. Itu menjadi pegangan hidupnya selama ini.
Terlalu dini memang memikirkan hal seperti itu. Tapi begitulah sosok Bianka,
sosok yang selalu berfikir ke depan. Sosok yang selalu dianngap terlalu kolot
pemikirannya. Sisi itu juga yang disukai sahabatnya. Sisi yang menjadi orang
yang didengarkan. Sisi yang dapat memberikan petuah-petuah katanya, hahaha
lucukan, Bianka menyukai hal seperti itu. Setidaknya ia merasa berguna.
Bianka
sekarang telah menjadi Bianka yang benar-benar tangguh dihadapan lelaki. Telah
banyak laki-laki yang menyatakan perasaan kepadanya. Namun Bianka tetap
bertahan dengan kesendiriannya. Hingga ia bertemu dengan sosok Rangga.
Laki-laki yang sebenarnya telah lama ia kenal sejak menjadi mahasiswa baru.
Saat itu belum ada perasaan suka. Rangga yang menyukai Fiersa Besari membuat
Bianka tertarik dengan sosoknya. Dari pesan singkat sebagai teman sampai
tentang hal-hal pribadi. Rangga cukup membuat pertahanan Bianka goyah. Sosoknya
yang berhasil mencuri perhatian Bianka mebuat hubungan mereka semakin dekat.
Namun seperti biasa, Bianka yang memiliki harga diri tinggi tak terlalu
menunjukkan rasa sukanya kepada Rangga. Apalagi kejadian tentang Dion cukup
membuatnya berhati-hati. Setiap ia sudah mulai mengalir dengan sosok Rangga, ia
akan cepat-cepat mengingat hal yang telah Dion lakukan kepadanya. Ia takut
jatuh cinta kepada Rangga, dan membuatnya menjadi sosok bodoh seperti yang
telah terjadi. Delapan bulan sudah Rangga menemani hari-hari Biangka. Tidak ada
yang berubah dari status pertemanan mereka. Bianka masih belum bisa
memercayakan hatinya kepada Rangga. Sampai pada suatu hari, ada tokoh lain yang
masuk dalam huungan mereka. Tokoh yang
cukup mampu menjadi pukulan untuk Bianka. Tokoh yang membuat Bianka melepas
sosok Rangga. Iya, menurutnya wanita itu telah menjadi benalu bagi hatinya.
Perasaannya mati kepada Rangga. Ia tidak butuh penjelasan panjang kali lebar
dari Rangga. Adanya wanita itu sudah cukup mematikan semuanya. Sosok yang
baginya bisa menjadi memahami dirinya, tidak butuh waktu lama kini ia hilangkan.
Rasa kecewa kembali ia rasakan. Tidak percaya sosok laki-laki.
Dari
kejadian itu Bianka benar-benar menutup hatinya. Ia merasa bodoh memikirkan
cinta. Lagi pula ia baru 20 tahun. Masih terlalu dini berfikiran kesana. Kalau
sudah waktunya, pasangan bakal datang sendiri. Saat ini cukup fokus terhadap
kuliah dan oraganisasinya. Terlalu bodoh menurutnya jika anak yang dibesarkan
oleh kedua orang tuanya di kecewakan dengan sosok laki-laki yang tidak jelas.
Saat ini ia fokus memperbaiki dirinya. Selama ini ia merasa terlalu di butakan
oleh obsesi untuk menjadi normal. Dalam artian, sudah sewajarnya ia memiliki
pasangan diusianya. Sudah sewajarnya ada sosok yang perhatian kepadanya, sudah
sewajarnya ada laki-laki yang bisa ia gantungkan dirinya, dan sudah
sewajar-wajar lainnya. Menurutnya wanita normal itu adalah wanita yang fokus
dengan cita-citanya. Terlalu kekanak-kanakan memikirkan urusan jodoh.
Seminggu
terakhir ini Bianka kembali dipertemukan dengan sosok Dion, sosok yang telah
lama ia tidak dengar lagi keberadaannya. Namun itu semua menjadi hal yang
baginya profesional, hanya urusan pekerjaan yakinnya. Ia lupa bahwa kisahnya
dengan Dion sudah berlalu selama setahun. Lembaga bimbingan belajar itu kembali
mengundangnya untuk menjadi tenaga pengajar. Otomatis ia akan kembali
dipertemukan dengan sosok Dion. Kembali berkomunikasi dengan Dion.
Akan
tetapi sepertinya tahun ini belum waktunya. Bianka tidak bisa menerima undangan
itu, Bianka terlalu disibukkan dengan kegiatan kampusnya. Boro-boro kembali
mengajar, untuk jalan dengan sahabat-sahabatnya saja sudah sangat sulit. Bianka
sekarang menjadi sosok perempuan yang super sibuk. Semua untuk kebaikan dirinya
pikirnya, ia harus bisa memanfaatkan waktu mudanya untuk mencoba segala sesuatu
yang baginya bermanfaat. Tidak mengganggap bahwa mengajar bukan hal bermanfaat.
Tetapi pengalaman satu tahun lalu sudah cukup baginya. Sekarang saaatnya ia
mencoba hal-hal baru. Mengajar, Dion, Rian, Rangga cukup mejadi pelajaran satu
tahun lalu. Tahun ini ia ingin fokus, segalanya tidak harus tentang cinta
antara laki-laki dan perempuan. Cinta dari keluarga, sahabat, dan orang-orang
terdekat cukup menjadi sosok pelengkap hidupnya.
-Kita bertemu untuk
sebuah alasan. Entah sebagai anugrah,
entah sebagai pelajaran. *Fiersa Besari.
Penulis:
Dewi Ulfah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar