Selasa, 09 Februari 2021

CERPEN- Menetap atau Pergi

 

MENETAP ATAU PERGI...

Makassar, 20 April 2017

Sebenarnya dalam surat ini tidak ada yang penting atau menarik perhatian. Isinya keseluruhan biasa saja. Hanya berisi luapan perasaan yang dimiliki oleh seorang gadis. Seseorang yang entah mungkin tak pernah kau harap keberadaannya. Tidak usalah kau harap, kau sadar akan keberadaanya saja mungkin tidak. Hal yang lucu bukan? Namun itulah kenyataaannya, seseorang yang kau tak pernah sadar bahwa selama ini ia menyimpan rasa kepadamu. Iya, hanya kepadamu yang entah kapan rasa itu ia sadari, yang ia tahu sekarang ia tergila-gila padamu.

***

Maros, 10 Februari 2016

Siang itu, hari pertamanya mengajar di sebuah lembaga bimbingan belajar. Ia tidak menyangka bahwa hari itu akan ada sesuatu yang (akan) berbeda dari hari kemarin. sesuatu yang tidak bisa ia tebak kapan datangnya. Hari itu, sesuatu itu benar-benar muncul. Iya siang itu tepatnya hari selasa Bianka bertemu dengan Dion. Pertemuan yang begitu singkat, akan tetapi meninggalkan sesuatu. Ahh, itulah yang merubah hari-harinya.

****

Siang itu, Bianka bertanya mengenai lokasi salah satu ruang kelas kepada Dion "Permisi kak, kelas 12 IPC dimana ya?" lalu Dion menjawab "Lihat sebelah kiri," Bianka kemudian tertawa kecil "hihi, ohhh iya kak terimakasih. Maaf mengganggu ya," jawabnya dengan sedikit malu. Ternyata ruangan yang ia cari tepat di sebelah kirinya. Ia lalu meninggalkan Dion.

Setelah selesai mengajar Bianka bertemu lagi dengan Dion. Ia ingin menyapa tapi perasaan malu karena kejadian sebelumnya, mengurungkan niatnya. ia akhirnya melewati Dion begitu saja.

Hari berikutnya ditempat yang sama, mereka bertemu lagi. Ada perasaan aneh yang Bianka rasakan. Ia tidak mengerti perasaan apa, akan tetapi semakin dekat dengan Dion perasaan itu semaki ia rasakan. Rasa suka? Ahh ia tidak yakin. Tidak mungkin tumbuh secepat itu. Mengelak, hal yang tidak bisa ia lakukan juga karena ada yang aneh saat ia berdekatan dengan Dion. Semenjak saat itu, rasa canggung yang ia rasakan jika berdekaatan dengan Dion semakin lama semakin menjadi-jadi. Ia mencoba menyembunyikannya dengan rapi. Membuat semua biasa-biasa saja dan tidak ada apa-apa jika berada di dekat Dion.

Berjalan waktu sampai projek menagajar selesai, perasaan itu berhasil ia sembunyikan dengan rapi. Tidak ada yang tahu. Tidak ia ceritakan kepada siapapun. Ia pendam sendiri, cantik, rapi , aman terkendali. Selama ini, untuk memuaskan rasa penasarannya terhadap Dion, disela-sela waktu sibuknya Bianka selalu mencari tahu tentang sosok Dion. Mulai dari akun sosial medianya hingga mencari tahu melalui orang-orang terdekat. Ia mencari dengan sangat hati-hati. Hingga suatu ketika, seorang teman dekatnya yang juga merupakan teman dekat Dion menyampaikan sesuatu yang seketika mengubah perasaanya. Membuatnya ingin megungkapkan hal yang selama ini ia pendam. Ia simpan dengan rapi, dengan sangat hati-hati.

"Bianka kayaknya keren deh kalau kamu jadian dengan Dion".

"Hah? Kok bisa ngebahas hal seperti itu sih?"

"Haha serius, Dion itu orangnya keren. Dia tipikal orang yang punya cita-cita besar, optimis, baik, dan yang pastinya cerdas"

"Nah terus apa hubungannya? Kenapa tiba-tiba dijodohin dengan Dion?"

"Kamu kan orangnya dewasa, baik hati, terus cerdas. Pasti bakalan cocoklah dengan Dion. Kamu pasti bisa ngimbangin dia,"

"Aduh jangan ngarang deh, tidak mungkinlah Dion suka sama aku"

"Serius akunya,"

"Stop deh jangan kebanyakan ngarang cerita".

Percakapan singkat itu ternyata cukup merubah perasaan Bianka. Ia semakin bingung mau ia kemanakan perasaannya. Harus ia ungkapkan ataukah ia cukup memendamnya sendiri. Satu hal yang berbeda sejak percakapan singkat itu. Bianka kini mulai berani mengungkapkan perasaannya. Tidak kepada Dion tetapi tulisan-tulisan mengenai sosok Dion sudah berani ia munculkan ke akun sosial media miliknya. Yang awalnya hanya kalimat-kalimat singkat,hingga beberapa paragraf. Hampir setiap hari ia sampaikan.

Tulisan itu ia jadikan sebagai kode, yang entah kapan Dion akan mengetahui bahwa keseluruhan tokoh yang Bianka ceritakan adalah dirinya. Bianka menikmati hari-hari itu. Setidaknya ia sudah maju satu langkah. Perasaan  yang awalnya hanya ia rasakan sendiri, sekarang ia bisa bagi ke orang lain, meskipun orang lain hanya mampu menebak-nebak sosok siapa yang berusaha ia gambarkam.

Tiga bulan kemudian mereka kembali bertemu, Bianka dan Dion. Tidak seperti awal pertemuan mereka, kali ini terlihat lebih santai. Bianka sudah berani menyapa Dion dan Dion pun membalas ramah sapaan Bianka. Lagi-lagi hal itu membuat Bianka merasa senang, terbang melayang. Hal seperti itu cukup membuat Bianka senyum kecil seharian.

Akan tetapi rasa bahagia itu tidak  bertahan lama. Keesokan harinya semua sudah berjalan normal. Kembali ke aktivitas biasanya. Namun, bayang-bayang tentang Dion tidak bisa hilang begitu saja. Setelah pertemuan itu, Bianka mencoba untuk meghubungi Dion. Tetapi ia tidak tahu pembahasan apa yang ia akan mulai dengan Dion. Namun, karena rasa nekadnya ia memulai obrolan via chat dengan Dion. Awalnya tentang pekerjaan, lama kelamaan percakapan mereka mulai melebar ke hal-hal pribadi. Dari rutinitas keseharian hingga keluarga. Kedekatan diantara mereka mulai terjalin. Saling mengabari sudah menjadi kebiasaan mereka. Mulai dari aktivitas kuliah, sehari-hari hingga keluarga semua tersampaikan. Mereka saling berbagi satu dengan yang lain. Ketika Dion ke Bandung untuk kegiatan organisasi, ia pamit kepada Bianka. Hal itu cukup membuat Bianka sangat senang. Ditambah lagi Dion mengirimkan jadwal kegiatannya selama di Bandung. Wanita mana yang tidak senang jika mendapati hal demikian. Hal yang cukup membuat dirinya merasa penting bagi sosok yang diam-diam ia sukai.  

Bianka mulai menyakinkan hatinya. Apakah ini waktu yang tepat untuk mempercayakan hatinya kepada seseorang. Apakah ini sudah waktunya untuk menyatakan perasaannya kepada Dion? Hal yang selama ini ia pendam, ia simpan rapi apakah sudah saatnya untuk ia ungkapkan. Pertanyaan-pertanyaan itu tengiang-ngiang terus dikepalanya. Satu sisi ia sudah ingin menyampaikan semua isi hatinya, tetapi di ssi lain, ia masih belum yakin. Ada perasaan ragu. Apalagi belum terlalu lama ia mengenal Dion. Semua hanya berawal dari rasa kagum. Rasa yang entah, memang muncul atau sengaja ia munculkan untuk melepas  seseorang.

****

Ohh iya, sebenarnya selama ini Bianka sedang menunggu seseorang. Sosok yang ia kagumi dari ia duduk di sekolah menengah pertama. Sosok yang selalu mengisi hari-harinya. Sosok yang membuatnya di landa cinta monyet. Ahh cinta monyet, julukan itu yang sering ia  dengar saat SMP sampai duduk di bangku perguruan tinggi. Memang sebelum muncul sosok Dion, Bianka betah dengan kesendiriannya karena sosok Rian. Laki-laki yang begitu membuat Bianka rela menjomblo selama bertahun-tahun. Tujuh tahun lebih Bianka menunggu Rian. Hal istimewa apa yang dimiliki Rian, Bianka juga tidak mengetahui, yang jelas sosok Rian mampu membuat sosok Bianka menunggu, menunggu, dan menunggu.

Tak mau bercerita banyak tentang Rian, sosok Dion berhasil membuang jauh-jauh perasaan Bianka selama tujuh tahun kepada Rian. Belum juga rasa yakin di hati Bianka tumbuh seutuhnya, Dion tiba-tiba berubah. Bianka bingung, apa yang membuat Dion berubah. Sosoknya yang hangat dan perhatian tiba-tiba saja jauh. Dari yang sebelumnya ada pesan singkat di pagi hari yang masuk ke handphone Bianka, akhir-akhir ini tak ada lagi. Mungkin rasa perasaan Dion kepada Bianka sudah terpenuhi. Mungkin Bianka yang salah mengartikan semuanya. Ia terlalu percaya diri jika Dion (juga) menyukainya. Padahal mungkin Dion hanya menganggapnya sebagai teman.

Semuanya sudah  berubah, tidak ada lagi chat hingga tengah malam. Tidak ada lagi pesan singkat di pagi hari. Semua kembali seperti di awal pertemuan. Berjalan normal dan biasa-biasa saja. Menjauh, Dion seperti menjauh. Bianka kadang mencoba untuk memulai percakapan, namun hal mengecewakan yang ia dapatkan. Bukan jawaban yang ia inginkan. Dion menjadi sosok yang benar-benar dingin.

Mulai dari saat itu bianka berhenti. Bukan berhenti yang benar-benar berhenti. Ia memang berhenti mengirim pesan kepada Dion, tetapi ia tidak pernah berhenti membuat tulisan di akun media sosialnya. Bianka juga merasa, tidak ada gunanya ia melakukan hal itu, tetapi hatinya tetap ingin terus melakukannya. Semua tentang Dion ia gambarkan dalam tulisannya. Tidak menyiksa, menurutnya lebih seperti orang bodoh yang menyemogakan hal yang tak pernah bisa disemogakan. Ia sadar yang ia lakukan seperti layaknya orang bodoh, ia mencoba menikmati. Setidaknya karena hal seperti ini membuatnya rajin menulis. Walaupun isi tulisannya berisi tentang Dion, Dion, dan Dion. Lama-kelamaan menulis menjadi kebiasaan. Yang menjadi tokoh utama tetap Dion,  sosok yang membuat hatinya terluka, mencoba untuk membuatnya mengalir apa adanya. Hingga pada akhirnya perasaannya kepada Dion ia anggap telah mati. Telah hilang. Hatinya sudah kembali seperti semula. Hari-harinya kembali berjalan normal. Tidak ada lagi lagu Fiersa Besari yang menemani malam-malamnya. Karena sebulan terakhir ini lirik lagu Fiersa selalu menjadi pengantar tidurnya.

Rindu… ini menggema …

Sampai diujung luka..

Kau yang bertabur sinar..

Hanya membias dalam imaji…

Engkau pencuri hati…

Tanpa engkau sadari…

----

Aku sadar siapa diriku..

Yang tidak mungkin menggapaimu…

Kau terlalu indah untuk jadi kenyataan…

Namun bila ada sedikit, ruang hati tuk ku singgahi…

Takka pernah ku sakiti…

Lucu dan menggelikan, itu yang ia sadari sekarang ini. Memang Bianka yang selalu berfikir berdasarkan logikanya, sebulan kemarin merasa dirinya tidak normal. Terlalu memalukan menbaca tulisannya sendiri. Ia merasa tidak percaya bahwa kemarin ia dibutakan dengan rasa kagumnya kepada Dion. Lambat dan perlahan ia mulai melupakan sosok Dion. Sosok yang sering muncul di beranda media sosialnya kini hanya belalu begitu saja. Tidak ada lagi pencarian mengenai sosok Dion.

Berjalannya waktu, Bianka telah kembali disibukkan dengan rutinitasnya di kampus. Gajinya selama mengajar pun telah ia tabung. Kampus, tugas, organisasi cukup menghilangkan sosok Dion dari kepalanya, meskipun kadang saat mendengar lirik lagu dari Fiersa Besari

Coba Tanya hatimu sekali lagi…

Sebelum engkau benar-benar pergi…

Masihkah ada aku didalamnya…

Karena hatiku masih menyimpanmu…

Kisah kita memang baru sebentar…

Namun terlukis sangat indah…

Cukup membuatnya kembali mengingat sosok Dion. Hal itu akan hilang dikeesokan harinya. Ia sekarang disibukkan dengan kegiatan besar diorganisasinya. Tidak ada lagi sosok yang membuatnya bimbang dan galau. Ahh galau hanya sejenis lelucon anggapannya. Ia mulai menjadi sosok yang tangguh. Perempuan yang menurutnya kalau semua bisa ia kerjakan sendiri mengapa harus minta bantuan orang lain. Perempuan yang menjadi sosok “gila” bagi teman dekatnya. Perempuan yang (sok menjadi) kuat. Mengapa tidak setiap hari ia bangun pagi dan telah meninggalkan rumah untuk kuliah, pulang pukul 12 hingga dua malam untuk kegiatan organisasi. Pagi hari ia di tempat A, siang di tempat B, malam di tempat C. setiap hari seperi itu. Diajak jalan, boro-boro mengiyakan. Untuk makan siang bersama teman-temannya saja sudah sulit. Regina sahabat dekatnya mulai jenuh untuk mengingatkannya agar tidak terlalu sibuk. Tapi itu hanya angina lalu baginya. Selama ia masih sehat mengapa harus berhenti. Waktu terlalu berharga untuk ia sia-siakan.

Dibalik kesibukannya sebenarnya ia hanya berusaha memantaskan diri untuk seseorang yang entah siapa sosoknya. Ia selalu percaya bahwa kelak siapa pasangannya, itu adalah sosok dari cerminan dirinya. Itu menjadi pegangan hidupnya selama ini. Terlalu dini memang memikirkan hal seperti itu. Tapi begitulah sosok Bianka, sosok yang selalu berfikir ke depan. Sosok yang selalu dianngap terlalu kolot pemikirannya. Sisi itu juga yang disukai sahabatnya. Sisi yang menjadi orang yang didengarkan. Sisi yang dapat memberikan petuah-petuah katanya, hahaha lucukan, Bianka menyukai hal seperti itu. Setidaknya ia merasa berguna.

Bianka sekarang telah menjadi Bianka yang benar-benar tangguh dihadapan lelaki. Telah banyak laki-laki yang menyatakan perasaan kepadanya. Namun Bianka tetap bertahan dengan kesendiriannya. Hingga ia bertemu dengan sosok Rangga. Laki-laki yang sebenarnya telah lama ia kenal sejak menjadi mahasiswa baru. Saat itu belum ada perasaan suka. Rangga yang menyukai Fiersa Besari membuat Bianka tertarik dengan sosoknya. Dari pesan singkat sebagai teman sampai tentang hal-hal pribadi. Rangga cukup membuat pertahanan Bianka goyah. Sosoknya yang berhasil mencuri perhatian Bianka mebuat hubungan mereka semakin dekat. Namun seperti biasa, Bianka yang memiliki harga diri tinggi tak terlalu menunjukkan rasa sukanya kepada Rangga. Apalagi kejadian tentang Dion cukup membuatnya berhati-hati. Setiap ia sudah mulai mengalir dengan sosok Rangga, ia akan cepat-cepat mengingat hal yang telah Dion lakukan kepadanya. Ia takut jatuh cinta kepada Rangga, dan membuatnya menjadi sosok bodoh seperti yang telah terjadi. Delapan bulan sudah Rangga menemani hari-hari Biangka. Tidak ada yang berubah dari status pertemanan mereka. Bianka masih belum bisa memercayakan hatinya kepada Rangga. Sampai pada suatu hari, ada tokoh lain yang masuk dalam huungan  mereka. Tokoh yang cukup mampu menjadi pukulan untuk Bianka. Tokoh yang membuat Bianka melepas sosok Rangga. Iya, menurutnya wanita itu telah menjadi benalu bagi hatinya. Perasaannya mati kepada Rangga. Ia tidak butuh penjelasan panjang kali lebar dari Rangga. Adanya wanita itu sudah cukup mematikan semuanya. Sosok yang baginya bisa menjadi memahami dirinya, tidak butuh waktu lama kini ia hilangkan. Rasa kecewa kembali ia rasakan. Tidak percaya sosok laki-laki.

Dari kejadian itu Bianka benar-benar menutup hatinya. Ia merasa bodoh memikirkan cinta. Lagi pula ia baru 20 tahun. Masih terlalu dini berfikiran kesana. Kalau sudah waktunya, pasangan bakal datang sendiri. Saat ini cukup fokus terhadap kuliah dan oraganisasinya. Terlalu bodoh menurutnya jika anak yang dibesarkan oleh kedua orang tuanya di kecewakan dengan sosok laki-laki yang tidak jelas. Saat ini ia fokus memperbaiki dirinya. Selama ini ia merasa terlalu di butakan oleh obsesi untuk menjadi normal. Dalam artian, sudah sewajarnya ia memiliki pasangan diusianya. Sudah sewajarnya ada sosok yang perhatian kepadanya, sudah sewajarnya ada laki-laki yang bisa ia gantungkan dirinya, dan sudah sewajar-wajar lainnya. Menurutnya wanita normal itu adalah wanita yang fokus dengan cita-citanya. Terlalu kekanak-kanakan memikirkan urusan jodoh.

Seminggu terakhir ini Bianka kembali dipertemukan dengan sosok Dion, sosok yang telah lama ia tidak dengar lagi keberadaannya. Namun itu semua menjadi hal yang baginya profesional, hanya urusan pekerjaan yakinnya. Ia lupa bahwa kisahnya dengan Dion sudah berlalu selama setahun. Lembaga bimbingan belajar itu kembali mengundangnya untuk menjadi tenaga pengajar. Otomatis ia akan kembali dipertemukan dengan sosok Dion. Kembali berkomunikasi dengan Dion.

Akan tetapi sepertinya tahun ini belum waktunya. Bianka tidak bisa menerima undangan itu, Bianka terlalu disibukkan dengan kegiatan kampusnya. Boro-boro kembali mengajar, untuk jalan dengan sahabat-sahabatnya saja sudah sangat sulit. Bianka sekarang menjadi sosok perempuan yang super sibuk. Semua untuk kebaikan dirinya pikirnya, ia harus bisa memanfaatkan waktu mudanya untuk mencoba segala sesuatu yang baginya bermanfaat. Tidak mengganggap bahwa mengajar bukan hal bermanfaat. Tetapi pengalaman satu tahun lalu sudah cukup baginya. Sekarang saaatnya ia mencoba hal-hal baru. Mengajar, Dion, Rian, Rangga cukup mejadi pelajaran satu tahun lalu. Tahun ini ia ingin fokus, segalanya tidak harus tentang cinta antara laki-laki dan perempuan. Cinta dari keluarga, sahabat, dan orang-orang terdekat cukup menjadi sosok pelengkap hidupnya.

-Kita bertemu untuk sebuah alasan. Entah sebagai anugrah,   entah sebagai pelajaran. *Fiersa Besari.

Penulis: Dewi Ulfah

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar